BISNIS.COM, BOGOR --- Amerika Serikat berencana mengajukan Indonesia ke Forum WTO pada 18 April mendatang terkait kebijakan Pemerintah Indonesia tentang pertanian dan peternakan, dianggap suatu warning yang perlu disikapi secara serius.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro di acara Sarasehan Nasional Peternak Ayam Broiler di Bogor hari ini, Kamis (18/4/2013).
Syukur mengatakan kemungkinan Indonesia untuk memenangkan masalah ini belum bisa dipastikan, namun ia mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian sudah memiliki strategi menghadapi Forum Panel tersebut.
“kemenangan kita belum bisa dipastikan, masih fifty-fifty, tapi pemerintah sudah mempelajari hal itu dan siap menghadapi panel ini,”jelas Syukur.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan sempat memaparkan beberapa masalah terbaru yang sedang maupun akan dihadapi industri unggas nasional, yaitu masalah penyakit H7N9 yang sedang melanda China, dimana saat ini setidaknya sudah ada 30 orang positif terserang Virus ini. Lebih jauh ia mengkhawatirkan efek domino yang akan ditimbulkan oleh penyebaran virus ini, antara lain ambruknya saham-saham perusahaan yang fokus dibidang industri peternakan terutama unggas, selain itu Psikologis konsumen juga akan terganggu. Secara otomatis, konsumen akan mengurangi konsumsi mereka dan ini sangat buruk bagi industri ini.
“kami menakutkan efek yang ditimbulkan dari munculnya kasus di China ini, psikologis konsumen akan terpengaruh, mereka akan mengurangi konsumsinya. Dan juga saham-saham perusahaan dibidang ini juga akan terpengaruh,” kata Syukur.
Ketergantungan impor bahan baku juga menjadi masalah tersendiri, ibarat bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak. Kemudian, masalah selanjutnya adalah fluktuasi harga yang tidak seragam antara kawasan timur Indonesia dengan kawasan Barat Indonesia. Harga pakan di kawasan timur Indonesia selalu lebih mahal dibandingkan harga di kawasan barat Indonesia. Hal ini bisa jadi dikarenakan beberapa bahan baku pakan ternak masih di impor dan pintu masuk impor tersebut masih berpusat di Jakarta, sehingga untuk membawa bahan impor tersebut ke kawasan timur Indonesia, dibutuhkan biaya ekstra.
Masalah terakhir adalah soal rencana ekspor. Saat ini produk-produk peternakan khususnya ungags Indonesia, memiliki kendala dalam pengembangan ekspor karena belum tertatanya system control hewan dengan baik, yang meliputi kesehatan hewan.