Bisnis.com, SURABAYA - Hujan yang kerap terjadi sepanjang semester pertama 2013 menyebabkan petani garam di Jawa Timur gagal berproduksi.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam Indonesia (HMPGI) Jawa Timur Muhammad Hasan menguraikan semula diprediksi produksi bisa dilakukan Juni. Namun, hujan yang sering turun membuat rencana itu gagal.
Berdasar prakiraan, sambungnya, produksi baru bisa dimulai Agustus dengan masa panen di awal September. Bila kondisi tanah kurang bagus, maka masa panen pertama juga kurang signifikan.
"Musim kali ini disebut kemarau basah, jadi bisa kejadian tidak berproduksi selama setahun terjadi seperti 2010 lalu," jelasnya, Kamis (25/7/2013).
Menurutnya kegagalan berproduksi tidak menjadikan garam langka. Pasalnya, dari produksi nasional 2012 dan sisa impor 2011 masih ada surplus 1,5 juta ton. Sedangkan konsumsi nasional berkisar 1,4 juta ton.
Hanya saja, lanjutnya, ketiadaan produksi bisa memicu keinginan impor. Pemerintah dalam kondisi itu diminta memperhatikan kesesuaian izin importir dan penyalurannya.
"Kami mensinyalir ada rembesan garam untuk industri di pasar akibat pemantauan izin impor kurang ketat," jelasnya.
Berdasar data Badan Pusat Statistik, periode Januari sampai April ada 101 kg garam siap konsumsi (salt table) impor dengan nilai US$640.
Nilai impor yang cukup besar di empat bulan pertama pada garam dengan kadar sodium klorida kurang dari 94,7%. Total impor garam hingga April 665.110 ton dengan nilai US$30,33 juta.
Selain itu, Januari hingga Maret ada garam kristal (rock salt) impor 6.283 kg dengan nilai US$52.541.
Jawa Timur dalam peta produksi garam nasional merupakan penghasil utama. HMPGI mencatat luasan produksi garam di Jawa Timur 10.000 hektare dengan produksi 900.000 ton (di luar produksi PT Garam).
Meski dibayangi kegagalan produksi, harga beli garam di tingkat petani untuk kualitas II Rp400.000/ton dan kualitas I Rp450.000 ton, meningkat Rp50.000 dari tahun lalu.
Di sisi lain, PT Garam (Persero) menurunkan target produksi hingga 100.000 ton akibat tak bisa berproduksi pada medio pertama tahun ini.
Kepala Hubungan Masyarakat PT Garam Farid Zahid menguraikan target produksi hingga akhir tahun 400.000 ton. Namun, akibat gagal produksi maka hasil akhir tahun hanya 300.000 ton. "Kami semester pertama belum memproduksi sama sekali," jelasnya.
Meski demikian, sambungnya, lahan yang telah dipasang membran sebanyak 275 hektare dari sebelumya 220 hektare bisa mempercepat produksi 300.000 ton. Terlebih dengan membran pembuatan garam menjadi kristal bisa dalam satu atau dua hari.
Dia menuturkan selain mengoreksi produksi, pembelian garam rakyat juga berkurang. Bila pada 2011 dilakukan pembelian 120.000 ton dan 2012 membeli 110.000 ton maka pada 2013 pembelian hanya 50.000 ton akibat keterbatasan produksi di petani.