Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan produsen petrokimia Thailand PTT Global Chemical Public Company Limited menyepakati komposisi saham perusahaan patungan yang akan membangun kilang petrokimia di Indonesia senilai US$4 miliar-US$5 miliar.
Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto menjelaskan Pertamina menguasai 51% saham dan sisanya 49% dimiliki PTT.
"Komposisi saham tersebut dengan opsi masing-masing bisa mencari mitra lain," ujarnya seusai penandatanganan perjanjian perusahaan patungan dengan PTT Global Chemical (PTTGC) di Kantor Pusat Pertamina, Selasa (10/12) .
Dia menjelaskan kilang berkapasitas 1 juta ton nafta itu direncanakan berlokasi di dekat Kilang Plaju, Sumsel, dengan nilai investasi US$4 miliar-US$5 miliar di luar lahan.
"Kami sudah punya lahan seluas 450 ha di sana (Plaju)," ujarnya.
Chrisna menjelaskan sumber nafta bisa dalam atau luar negeri, bergantung mana yang lebih murah. Produk yang dihasilkan yakni polietilen, polipropilen, dan butadiena akan dipasarkan di dalam negeri.
Saat ini, Indonesia masih mengimpor produk-produk petrokimia tersebut senilai US$5 miliar per tahun.
"Setelah kilang ini beroperasi 2018, kami menargetkan menguasai 30% pangsa pasar petrokimia di Indonesia yang diperkirakan mencapai total US$30 miliar," ujar Chrisna.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko M Afdal Bahaudin mengatakan, penandatanganan perjanjian akan menjadi dasar pelaksanaan studi kelayakan kilang.
"'FID' (final investment decision atau keputusan akhir investasi) ditargetkan bisa ditetapkan 2015," ujarnya.
Presiden dan CEO PTTGC Bowon Vongsinudom mengatakan, studi kelayakan (feasibility study/FS) direncanakan selesai pertengahan 2014.
"Kami telah selesaikan studi awal proyek ini dan selanjutnya FS akan selesai 2014," katanya.
Selain kilang petrokimia, dalam waktu dekat Pertamina dan PTTGC juga akan membentuk perusahaan patungan untuk memasarkan produk polimer. PTTGC merupakan unit bisnis PTT Group dengan total kapasitas produksi petrokimia 8,72 juta ton per tahun.