Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan defisit kembar alias twin deficit merupakan pekerjaan rumah yang paling mendesak untuk diselesaikan menteri ekonomi Kabinet Kerja.
Defisit kembar mengacu pada kondisi defisit fiskal dan transaksi berjalan pada saat yang sama.
Agus mengemukakan subsidi BBM yang selama ini menjadi biang keladi defisit anggaran harus dikendalikan dan dibarengi dengan pengelolaan energi yang baik. Penerimaan pajak yang selama ini di bawah potensi juga harus segera diatasi agar mampu mengejar kebutuhan belanja negara yang terus meningkat.
Konsumsi BBM yang terus meningkat karena terus disubsidi turut melipatgandakan impor minyak yang akhirnya ikut menekan transaksi berjalan. Agus meminta pemerintah mencari solusi atas masalah ini, di samping mengupayakan perbaikan performa transaksi jasa dan pendapatan yang menyumbang US$37 miliar per tahun terhadap defisit transaksi berjalan.
"Ada risiko defisit transaksi berjalan dan guncangan di financial dan capital account kita, dan risiko di fiskal karena penerimaan pajak turun, harga komoditas internasional turun, sedangkan pengeluaran masih ada beban subsidi BBM yang besar," katanya, Senin (27/10/2014).
Bank sentral juga memandang UU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) penting untuk dirampungkan oleh pemerintahan baru agar siap menghadapi tekanan eksternal.
"Kita juga harus antisipasi perkembangan di luar negeri, di mana kondisi di luar negeri, di Amerika Serikat, ada kecenderungan bunga akan naik. Mereka juga ekonominya membaik," ujar Agus.
Selain masalah ketidakseimbangan eksternal, Agus mengingatkan masalah domestik jangka pendek, yakni upah minimum provinsi yang harus diselesaikan dengan 'kepala dingin' oleh pemerintah maupun dunia usaha.
"Upah minimum provinsi ini kiranya bisa direspon positif oleh semua pihak sehingga tidak menciptakan kondisi yang tidak diinginkan, baik masyarakat maupun investasi di Indonesia. Dengan demikian, menciptakan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja," tutur Agus.