Bisnis.com, JAKARTA—Meski ekspor hortikultura turun, produk buah olahan dan sayuran Indonesia dinilai berpotensi untuk dipasarkan lebih gencar di pasar luar negeri.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti mengatakan produk hortikultura berupa buah olahan dan sayuran dari Tanah Air sebenarnya tidak kalah bersaing dengan produk serupa dari negara-negara lain. Oleh karena itu, potensi ekspornya sangat besar.
Berdasarkan metode Constant Market Share Analysis (CMSA), indeks daya saing, indeks pengembangan, dan indeks respon terhadap pasar dari kedua produk itu tercatat positif. Metode tersebut mempertimbangkan tiga kriteria yaitu competitiveness (daya saing), initial specialization (pengembangan), dan adaptation (respon terhadap pasar).
Sementara, produk buah segar dan sayuran kering masih memiliki daya saing dan respon pasar yang rendah. Tetapi, indeks pengembangannya diakui positif.
“Indonesia memiliki kemampuan yang cukup baik dalam memasok kebutuhan pasokan produk hortikultura di negara tujuan ekspor. Namun, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak terkait agar daya saingnya lebih tinggi. Apalagi, ada potensi peningkatan produksi di masa datang,” papar Tjahya kepada Bisnis.com.
Sayangnya, lanjut dia, ekspor buah olahan dan sayuran saat ini masih rendah yakni masing-masing berkisar 2,9% dan 0,2% dibandingkan total permintaan pasar dunia.
Adapun ekspor produk buah segar dan sayuran kering masih terganjal oleh harga yang kurang kompetitif. Ongkos logistik di Tanah Air yang masih relatif tinggi membuat pemasaran kedua produk ini tidak efisien.
Sementara, dalam metode Revealed Comparative Advantage (RCA), hanya buah olahan Indonesia yang mempunyai daya saing tinggi. Ketiga produk lain yakni buah segar, sayuran, dan sayuran kering masih kalah dari negara pemasok hortikultura dunia lainnya.
Tjahya menyebutkan buah andalan penyumbang devisa antara lain pisang, mangga, nanas, jeruk siam atau jeruk keprok, salak, manggis, dan melon. Sementara, kontributor ekspor sayuran terbesar adalah kubis, kentang, bawang merah, cabai besar, dan tomat.
Singapura, Malaysia dan Taiwan merupakan beberapa pasar utama. Sementara, Sri Lanka dan Tanzania adalah negara tujuan ekspor baru hortikultura Indonesia, dengan produk utama berupa biji sayuran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-Juli 2016 terjadi penurunan nilai ekspor sayur-sayuran sebesar 40,02% secara year-on-year menjadi US$18,75 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya yang menyentuh US$31,27 juta. Ekspor buah-buahan semusim juga terpangkas 25,92% menjadi US$259.000 dari sebelumnya US$350.000.
Ekspor jagung anjlok 91,51% dari US$36,32 juta menjadi hanya US$3,08 juta. Sementara, ekspor bunga turun 29,07% dari US$6,39 juta ke posisi US$4,53 juta.
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi hortikultura nasional mengalami pertumbuhan rata-rata 2% per tahun dalam periode 2015-2019, baik untuk buah-buahan maupun sayuran. Peningkatan produksi diharapkan dapat berkolerasi positif terhadap kenaikan ekspor.
Ketua Umum Dewan Hortikultura Nasional (DSN) Benny Kusbini mengakui prospek ekspor hortikultura Indonesia sebenarnya sangat baik. Tetapi, kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha dinilai belum maksimal.
“Prospeknya sangat bagus, tapi sekarang ada barangnya atau tidak, harganya masuk atau tidak, kualitas bisa masuk atau tidak. Di sisi pemerintah, lobi yang dilakukan mesti lebih gencar agar non tariff barrier yang ada bisa menjadi lebih ringan,” paparnya.
Benny menyebutkan Pakistan sebagai negara yang sangat getol melancarkan lobi ke negara lain. Adapun pasar yang dapat dikembangkan antara lain negara-negara di kawasan Timur Tengah, China, Malaysia, dan Singapura.
Ekspor Buah Olahan dan Sayuran Dinilai Prospektif
Meski ekspor hortikultura turun, produk buah olahan dan sayuran Indonesia dinilai berpotensi untuk dipasarkan lebih gencar di pasar luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Anissa Margrit
Editor : Fatkhul Maskur
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
11 jam yang lalu