Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSC East Natuna: Kontraktor Belum Sepakat

Kontrak bagi produksi (production sharing contract/PSC) East Natuna belum bisa ditandatangani karena kontraktor belum sepakat untuk melakukan kegiatan terhadap temuan struktur minyak.
Perairan Natuna, Kepulauan Riau/Reuters-Tim Wimborne
Perairan Natuna, Kepulauan Riau/Reuters-Tim Wimborne

Bisnis.com, JAKARTA - Kontrak bagi produksi (production sharing contract/PSC) East Natuna di Kepulauan Riau belum bisa ditandatangani karena kontraktor belum sepakat untuk melakukan kegiatan terhadap temuan struktur minyak.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tunggal, mengatakan pemerintah telah menyiapkan syarat-syarat fiskal (fiscal terms agar proyek bisa berjalan sesuai keekonomian.

Adapun, fiscal terms yang ditawarkan di antaranya berupa skema bagi hasil atau split pemerintah dengan kontraktor. Untuk pengelolaan minyak, splitnya sebesar 60:40 sedangkan gas sebesar 55:45.

Tawaran tersebut, ujar Tunggal, masih belum direspons oleh kontraktor yang terdiri dari ExxonMobil, PTT EP Thailand dan PT Pertamina (Persero) sebagai pemimpin konsorsium.

Kontraktor menginginkan agar melakukan studi terlebih dahulu sebelum pengembangan dilakukan. Temuan dari satu sumur saja, tutur Tunggal, belum cukup meyakinkan bagi kontraktor.

"Kami maunya kan begitu (penandatanganan PSC dilakukan September). Kami sudah panggil, tapi kelihatannya Exxon, PTT EP dan Pertamina sendiri masih perlu waktu," ujarnya di Jakarta pada Jumat (30/9/2016).

Padahal, pemerintah menginginkan agar di perairan Natuna segera terlihat adanya kegiatan. Di sisi lain, kontraktor masih melakukan kajian terhadap pasar dan teknologi yang digunakan (technology market review/TMR) untuk mengembangkan struktur gas.

Natuna memiliki potensi yang besar namun lokasinya jauh dari pasar dan mengandung karbondioksida yang tinggi. Ditargetkan pada 2017 kajian tersebut selesai.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf) dengan hanya 46 Tcf gas di antaranya yang bisa diproduksi.

Pasalnya, 72% komposisinya adalah karbondioksida. Dengan demikian, diperlukan teknologi pemisahan juga injeksi karbondioksida yang bisa memproduksi secara efisien.

"Kalau dari struktur AP (minyak) dan AL (gas) sendiri dari Exxon kan TMR-nya kan berakhir tahun 2017. Kalau menunggu itu, [menurut] kami kan lama. Maunya itu kami yang sudah ini, ya dikerjain dulu lah," kata Tunggal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper