Bisnis.com, BEIJING— Bank Sentral China (PBOC) mengklaim kredit bermasalah dan tekanan dari arus modal keluar telah mereda seiring pemulihan ekonomi negara tersebut.
Deputi Gubernur PBOC Yi Gang mengatakan, rasio non performing loan (NPL) China telah turun untuk pertama kalinya sejak 2012 pada kuartal IV/2016. Hal itu menurutnya akan berlanjut pada paruh pertama tahun ini.
Indikasi itu muncul salah satunya dari laporan keuangan empat bank terbesar di China, yang membukukan laba yang lebih tinggi dari perkiraan pasar. Menurutnya, kenaikan laba keempat bank tersebut paling besar didorong oleh turunnya kredit macet sepanjang tahun ini.
"NPL semakin stabil setelah lama terus menanjak. Fenomena itu merupakan perkembangan yang bagus di pasar keuangan. Tekanan arus keluar modal baru-baru ini juga telah diatasi. Tetapi kami berjanji akan tetap waspada pada risiko-risiko baru," kata Yi Gang, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (25/4/2017).
Yi Gang menambahkan, berdasarkan data yang dihimpunnya, arus modal keluar terus mereda seiring mulai stabilnya nilai tukar yuan dengan dolar AS. Cadangan devisa pun tercatat terus naik pada Februari dan Maret, setelah PBOC melepas hampir devisanya hingga US$1 triliun sejak 2014 untuk mempertahankan nilai tukar yuan.
Sementara itu terkait kebijakan moneter PBOC, Yi Gang mengatakan bahwa otoritasnya akan menerapkan kebijakan moneter yang prudent dan mengendalikan potensi terjadi gelembung aset.
“Kami juga terus berusaha memperbaiki transparansi dan regulasi di industri keuangan. Kami akan perketat praktik shadow banking, sambil memantau kredit macet, arus modal dan harga rumah untuk mencegah risiko sistemik,” lanjutnya.