Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

World Bank: Misi Dunia Hapus Kemiskinan Ekstrem Pada 2030 Sulit Tercapai

Jumlah penduduk berpendapatan rendah telah menurun tetapi tujuan global untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim pada tahun 2030 kemungkinan tidak akan terpenuhi.
Warga beraktivitas di kawasan permukiman padat penduduk, di bantaran Kali Krukut Bawah, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (20/7/2018)./ANTARA-Aprillio Akbar
Warga beraktivitas di kawasan permukiman padat penduduk, di bantaran Kali Krukut Bawah, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (20/7/2018)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah penduduk berpendapatan rendah telah menurun, tetapi tujuan global untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 kemungkinan tidak akan terpenuhi.

Bank Dunia (World Bank), dalam proyeksinya, menyatakan jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$1,90 per hari telah turun ke rekor terendahnya yakni sekitar 655 juta atau 9% dari populasi dunia.

Akan tetapi, tanpa perubahan kebijakan yang signifikan, sekitar 480 juta penduduk atau 6% dari populasi dunia akan tetap dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030, mayoritas di negara-negara Afrika yang tertinggal.

“Tingkat kemiskinan global saat ini lebih rendah daripada yang pernah tercatat dalam sejarah,” ujar Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, seperti dikutip dari Reuters.

“Namun jika kita akan mengakhiri kemiskinan pada tahun 2030, kita membutuhkan lebih banyak investasi, khususnya dalam membangun sumber daya manusia, demi membantu mendorong pertumbuhan inklusif yang diperlukan untuk menjangkau warga miskin yang tersisa,” jelasnya.

Mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 adalah target utama di antara 17 tujuan pembangunan global yang telah dicanangkan bersama di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015.

Pekan lalu, think tank yang berbasis di London, Overseas Development Institute (ODI), melaporkan bahwa dunia tidak memberikan bantuan yang cukup ataupun mengarahkannya ke area yang paling membutuhkan.

“Negara-negara berpendapatan menengah mendapatkan 10 kali lipat jumlah bantuan yang didapatkan negara berpenghasilan rendah dan itu jelas bukan cara yang bijaksana untuk memberikan bantuan,” jelas penulis laporan itu, Marcus Manuel kepada Thomson Reuters Foundation. "Kita harus membalik kondisi itu.”

Namun, Selim Jahan, Direktur Kantor Laporan Pembangunan Sumber Daya Manusia PBB, yang membuat laporan tahunan tentang indikator-indikator kunci seperti kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, tidak sepakat dengan analisis ODI itu.

“Ada banyak kemajuan dalam mengurangi kemiskinan ekstrem,” kata Jahan. Meski demikian, ia sependapat bahwa diperlukan lebih banyak pendanaan dan tindakan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper