Bisnis.com, BATAM – Pegatron akan meningkatkan investasinya di Batam jika pemerintah berhasil memangkas biaya logistik dari Batam menuju Singapura sebesar 50%.
Kendati tak menyebut angka, investasi yang dijanjikan Pegatron akan menyerap hingga 200 ribu tenaga kerja.
“Pegatron sempat menegur saya , bagaimana saya mau inves berikutnya? Apakah Anda sanggup turunkan container cost 50%? Saya jawab saya akan laporkan ke Wapres, yang bisa selesaikan adalah Wapres,” ujar Direktur Utama PTSN Abidin Fan, Sabtu (2/2/2019).
Pegatron dan PTSN telah mengikat kerjasama untuk produksi produk smarthome di Batam dan telah melakukan ekspor perdana untuk produk Smart Router pada Jumat (2/2) ini. Ekspor senilai USD 3,7 juta itu dilepas langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dalam kerja sama awal ini, ekspor produk Pegatron dari Batam diproyeksi akan berkisar US$ 60 juta dalam satu tahun. Pegatron berencana meningkatkan investasinya di batam, namun masih mempertimbangkan biaya logistik yang mahal.
Abidin memaparkan, biaya pengiriman peti kemas 20 feet, pengusaha harus mengeluarkan biaya US$ 470 dengan perjalanan 3 jam. Sementara pengiriman barang dari Jakarta ke Singapura dengan ukuran yang sama, hanya membutuhkan biaya US$ 250 dengan perjalanan mencapai 3 hari.
“Artinya biaya logistik di Batam lebih mahal 88%. “Ini hambatan yang cukup besar bagi perkembangan investasi,” jelasnya.
Wakil Presiden Jussuf Kalla berjanji akan menindaklanjuti maslah biaya logistik tersebut. Dia akan minta Menteri Perhubungan meninjau penyebab tingginya biaya logistik di Batam dan segera mencari solusi agar mampu menekan biaya tersebut.
Menurut JK, daya saing Batam harus ditingkatkan untuk menghadapi dinamika dan peluang kompetisi global. Pergerakan ekonomi global belakangan mengharuskan Batam mendesain diri menjadi kawasan yang lebih murah, lebih cepat dan lebih baik ketimbang kawasan lainnya.
“Saya akan minta Menhub segera menindaklanjuti ini,” ujar JK.
Saat ini persaingan antarkawasan lebih bersifat riil, seperti kemudahan yang membuat aktivitas industri lebih cepat, lebih murah dan lebih baik. Karena itu, Batam tak bisa lagi hanya mengandalkan fasltais FTZ yang dinilainya sudah tak menarik.
“Sekarang fasilitas FTZ sudah tidak menarik lagi, karena seluruh wilayah di Indonesia sudah mendapatkan fasilitas serupa akibat dari perjanjian dagang Indonesia, baik secara bilateral maupun multilateral,” ujar JK.
Pemerintah akhirnya mengambil keputusan untuk mengharmonisasikan Batam. Salah satunya adalah menghapuskan dualisme, agar Batam elbih efisien. Karena jika proses tidak efisien, Batam akan kalah dengan kawasan lain di dalam negeri.
“Batam akan kalah dengan dareah lain, karena fasilitas di daraeh lain sudah sama dengan Batam akibat perjanjian dagang,” jelas JK.
Gerak cepat pemerintah untuk mendesain Batam yang lebih menarik juga untuk membuat Batam mampu memanfaatkan momenntum global seperti perang dagang. Industri yang ingin tetap kompetitif di pasar Amerika mulai melirik kawasan baru untuk memindahkan produksinya.
Kawasan Asean menjadi pilihan utama, karena biaya produksi yang cenderung lebih murah ketimbang kawasan lain di Asia, Seperti Jepang dan Kore. Empat negara Asean yang menjadi alternatif utama adalah Indonesia, Thailand, Vietnam dan Malaysia.
“Kita bisa bersaing dengan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM dan penggunaan teknologi. Pegatron masuk ke Batam tentu dengan sejumlah pertimbangan,” ujar JK.