Bisnis.com, JAKARTA - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru menjadi salah satu proyek percepatan pembangkit listrik 35.000 MW.
Pembangkit listrik yang berlokasi di Desa Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini berkapasitas 510 MW (4x127,5 MW).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, memastikan kemajuan proyek PLTA yang Batang Toru dibangun di area seluas 650 hektar dan mempekerjakan sekitar 600 orang tenaga kerja tersebut. PLTA yang telah melakukan financial close pada 2017 ini tengah memasuki tahap konstruksi dan diperkirakan dapat beroperasi komersial (COD) pada 2022.
Dengan dibangunnya PLTA Batang Toru ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat pasokan listrik Sumatera, khususnya di Provinsi Sumatera Utara, dimana PLTA Batang Toru akan digunakan sebagai peaker (pemasok listrik saat beban puncak terjadi) di Sistem Tenaga Listrik Sumatera.
"Nantinya listrik yang dihasilkan PLTA Batang Toru ini akan disalurkan melalui jaringan transmisi 275 kV milik PT PLN (Persero),"katanya Sabtu (16/3/2019).
PLTA Batang Toru diharapkan juga dapat menyumbang penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) setara dengan US$ 383 Juta atau sekitar lima triliun rupiah per tahun.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk terus menekan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, untuk menjaga tarif listrik kepada masyarakat tetap kompetitif untuk industri dan terjangkau masyarakat.
Manfaat lain dari pembangunan PLTA Batang Toru antara lain meningkatkan bauran energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, peningkatan pendapatan pemerintah daerah, dan menambah lapangan kerja. Penambahan daya listrik dari PLTA Batang Toru serta meningkatnya kehandalan sistem kelistrikan di Kabupaten Tapanuli Selatan diharap dapat meningkatkan Rasio Elektrifikasi yang saat ini mencapai 82,32%.
Terakhir, pengembang melaporkan bahwa mereka telah melakukan berbagai upaya terkait rekomendasi Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk membangun koridor lintasan satwa liar yaitu Orangutan Tapanuli yang selama ini secara alamiah melalui connecting tree.
Selain itu pengembang telah membuat rencana kerja untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan melalui monitoring populasi dan habitat Orangutan di areal kerja dan sekitarnya. Sosialisasi perlindungan dan penyelamatan Orangutan terus dilakukan kepada masyarakat. Mereka juga telah memasang 27 unit camera traps untuk memonitor populasi Orangutan Tapanuli dan merencanakan 30 unit camera traps lagi. Melalui upaya ini diharapkan permasalahan lingkungan hidup yang terkait satwa liar dapat diatasi.(PSJ)
Pengembangan PLTU Batang Toru dilakukan oleh PT North Sumatera Hydro Energy, konsorsium dari PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PT PJBI), PT Dharma Hydro Nusantara, dan Fareast Green Energy Pte Ltd.