Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Jagung Nasional mengusulkan supaya pemerintah memiliki buffer stock selayaknya cadangan beras pemerintah.
Maxdeyus Sola, Sekretaris Jendral Dewan Jagung Nasional, mengatakan hal ini perlu dilaksanakan untuk menjaga stabilitas harga nasional yang kerap fluktuatif. Sola mengatakan telah menyampaikan usulan tersebut kepada Kementerian dan BUMN terkait.
Menurutnya akan ada kelebihan produksi pada semester pertama sekitar 3 juta ton, dimana jagung itu berkemungkinan tidak dapat terserap akibat silo perusahaan makanan ternak yang telah penuh.
"Kelebihan stok yang tidak bisa dibeli oleh pabrik sekitar 3 juta ton itu agar bisa ditampung yang nantinya akan kembali didistribusikan kepada pabrik karena sekarang silo mereka kepenuhan," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Maka itu, perlu ada yg menyimpan hasil panen Maret-April untuk disalurkan pada priode sesudah Juni yang ketika itu harganya diprediksikan lebih dari Rp.6000/kg. Sola mengusulkan supaya dibeli oleh BUMN dengan jaminan akan dibeli oleh pabrik pada masa paceklik menggunakan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) oleh Pabrik.
Apalagi harga acuan tertinggi sekarang tidak bisa dipakai sebagai instrumen menekan harga jagung karena harga lebih ditentukan mekanisme pasar. Maka itu, Dewan Jagung Nasional mengusulkan ada tim independen untuk mengecek ketersedian jagung yang transparan.