Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI JAGUNG : PPI Rambah Sisi Hilir

Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) akan masuk dalam industri agung mulai dari hulu ke hilir
Presiden Joko Widodo (kiri) menyaksikan pekerja memanen dalam acara panen raya jagung di Gorontalo, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kiri) menyaksikan pekerja memanen dalam acara panen raya jagung di Gorontalo, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) akan masuk dalam industri agung mulai dari hulu ke hilir.

Direktur Utama PPI Agus Andiyani mengatakan perusahaan plat merah tersebut sedang melakukan persiapan untuk memasuki bisnis hilir jagung dalam waktu dekat.

Pasalnya komoditas palawija tersebut dalam dua tahun terakhir tengah menjadi komoditas yang hangat.

"Bila semua sudah selesai Insyaallah PPI siap suplai bibit, pupuk, dan barang kebutuhan lainnya bekerjasama dengan kelompok tani dan Koperasi," katanya kepada Bisnis melalui pesan singkat pada Rabu dini hari (27/3).

Adapun saat ini, pada sektor hulu PPI telah memiliki satu jenis bibit jangung hasil kerjasama dengan Balitbang kementan. Rencananya bibit itu akan disuplai ke Dinas Pertanian daerah atau ke Petani langsung dalam waktu dekat.

Selain itu, PPI sedang melakukan persiapan untuk sektor hilir dengan membangun dryer di beberapa sentra produksi. Sekaligus merintis kerjasama dengan pabrik pakan ternak atau pembeli lain.

"Kami menyiapkan diri sebagai salah satu pemain jagung sekaligus menjadi offtaker hasil panennya," katanya.

Sebelumnya, Maxdeyus Sola, Sekretaris Jendral Dewan Jagung Nasional, berharap ada BUMN yang ikut terjun dalam bisnis perjagungan.

Namun, dengan syarat jual belinya dalam bentuk komersil karena penggunaannya pun lebih kepada industri dibandingkan dengan konsumen akhir.

Masuknya BUMN, lanjutnya, berfungsi sebagai buffer stok mana kala cadangan menipis perseroan melepas cadangan yang dimiliki.

"BUMN harus lihat ini sebagai peluang bisnis daripada penugasan pemerintah. Kalau mereka distribusi per mei sampai akhir tahun harga bisa di atas Rp6.000/kg ke atas. Kalau misalnya beli saat panen raya Rp4.500/kg artinya BUMN akan mendapat margin ketika harga naik beda dengan penugasan serap beras," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper