Bisnis.com, JAKARTA - Harga referensi minyak kelapa sawit atau (crude palm oil/CPO) untuk periode 16-30 November 2023 naik US$1,61 menjadi US$750,54 per ton.
Harga tersebut meningkat 0,22% dibandingkan harga referensi CPO pada periode 1-15 November 2023 sebesar US$748,93 per ton.
Seiring kenaikan harga referensi CPO menjauhi ambang batas US$680 per ton tersebut, maka pemerintah mengenakan bea keluar (BK) CPO sebesar US$18 per ton dan pungutan ekspor (PE) CPO sebesar US$75 per ton untuk ekspor selama paruh kedua November 2023.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Budi Santoso mengatakan sumber harga untuk penetapan harga referensi CPO didapat dari rata-rata harga di Bursa CPO Indonesia selama periode 25 Oktober 2023 - 9 November 2023 sebesar US$734,6 per ton, Bursa CPO Malaysia sebesa US$766,49 per ton, dan Pasar Lelang CPO Rotterdam sebesar US$820,68 per ton.
Dia menjelaskan, dalam Permendag No. 46/2022 menetapkan, apabila terdapat perbedaan harga rata-rata dari tiga sumber harga lebih dari US$40, maka perhitungan harga referensi CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber yang menjadi median dan sumber harga terdekat dari median. Dengan begitu, pada periode dua pekan kemarin, harga yang cenderung relevan satu sama lain yakni harga CPO di Bursa Indonesia dan Bursa Malaysia.
"Sesuai dengan perhitungan tersebut ditetapkan HR CPO sebesar US$750,54 per ton," ujar Budi dalam keterangannya, Kamis (16/11/2023).
Baca Juga
Budi membeberkan ada sejumlah faktor menjadi pendorong kenaikan harga referensi CPO. Salah satunya yakni adanya proyeksi penurunan produksi kelapa sawit di Indonesia.
"Selain itu, terdapat peningkatan permintaan minyak nabati dari Tiongkok sebagai negara konsumen utama produk CPO beserta turunannya," kata Budi.
Sebagai informasi, penetapan BK CPO pada periode 16-30 November 2023 tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK/0.10/2022 jo. Nomor 71 Tahun 2023, kolom angka tiga lampiran huruf C yaitu sebesar US$18 per ton.
Sementara itu, aturan besar PE CPO periode 16—30 November 2023 sebesar US$75 per ton tertuang pada kolom angka 3 lampiran huruf C, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.05/2022 jo. Nomor 154/PMK.05/2022.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Minggu (5/11/2023), Harga minyak kelapa sawit diprediksi mampu tembus US$1.000 per ton di tahun depan.
Direktur Eksekutif, ISTA Mielke Gmbh Thomas Mielke (Oil World) mengatakan ketidakpastian global akibat isu geopolitik dan defisit produksi akibat El-Nino telah memberikan peluang untuk kenaikan harga minyak nabati secara global. Menurutnya harga minyak sawit di bursa Malaysia saat ini sekitar US$810 - US$820 per ton telah mendekati harga terendahnya.
"Dalam 4-6 bulan ke depan hasil analisis kami adalah harga akan naik setidaknya U$100, bahkan lebih dari US$150-US$200," ujar Thomas di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), Jumat (4/11/2023).
Sementara itu, CEO dan Founder Transgraph, Nagaraj Meda menyebut produksi minyak kelapa sawit Indonesia pada 2023 diprediksi mencapai 47,35 juta ton, dan 2024 diperkirakan produksi turun menjadi 45,14 juta ton. Adapun, produksi minyak kelapa sawit di Malaysia pada 2023 diperkirakan sebesar 18,33 juta ton dan 17,54 juta ton pada 2024.
"Pada 2024, ekspor [minyak sawit] Malaysia dan Indonesia diprediksi hanya 39,6 juta ton, menurun dibandingkan 2023 mencapai 42,92 juta ton karena El Nino," kata Nagaraj.
Dia pun menyebut harga RBD Palm Olein diprediksi akan diperdagangkan pada harga US$1.000 dalam 3-4 bulan mendatang atau sekitar Maret-April 2024.