Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blok Meulaboh & Singkil Diminati Investor, BPMA Belum Terima Permohonan Buka Data

Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) belum menerima permohonan pembukaan data dari Conrad terkait kemungkinan mitra baru di Blok Meulaboh dan Singkil.
Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Teuku Mohamad Faisal/Bisnis - David E. Issetiabudi
Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Teuku Mohamad Faisal/Bisnis - David E. Issetiabudi

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) belum menerima permohonan pembukaan data secara resmi dari Conrad Asia Energy Ltd (ASX:CRD) terkait dengan kemungkinan mitra baru untuk pengembangan Blok Meulaboh dan Singkil.

Kepala BPMA Teuku Mohamad Faisal menuturkan, lembaganya belum menerima kabar teranyar soal pertimbangan pelepasan atau farm-out sebagian hak partisipasi Conrad dari dua blok migas di lepas pantai Aceh tersebut. 

Normalnya, kata Faisal, izin pembukaan data bakal dilakukan terlebih dahulu kepada pemerintah jika terdapat kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tertarik untuk masuk ke dalam suatu partisipasi pengembangan lapangan migas. 

“Kita belum menerima permohonan untuk rekomendasi pembukaan data secara resmi dari Conrad,” kata Faisal kepada Bisnis, Senin (29/4/2024). 

Lewat keterbukaan informasi triwulan pertama tahun ini, Conrad membeberkan pertimbangan perusahaan untuk melepas sebagian hak partisipasi atau participating interest (PI) mereka di Blok Meulaboh dan Singkil tersebut. 

Pertimbangan itu muncul setelah sejumlah perusahaan migas menunjukkan minat mereka untuk bergabung pada kegiatan eksplorasi di blok laut dalam Aceh tersebut. 

Apalagi daya pikat Blok Meulaboh dan Singkil turut diperkuat dengan penemuan-penemuan gas berhasil di Laut Andaman, yang berdekatan dengan dua lapangan tersebut. 

Conrad memegang 100% kepemilikan Blok Meulaboh dan Singkil, yang diberikan Kementerian ESDM pada Januari 2023 lalu. Dua blok itu mencakup luas sekitar 20.000 kilometer persegi dengan masing-masing kontrak memiliki jangka waktu 30 tahun. 

Akhir tahun lalu, Conrad mengumumkan identifikasi awal sumber daya gas prospektif atau cadangan probabilitas (P50,100%) dengan perkiraan lebih dari 15 triliun kaki kubik (Tcf), yang mana 11 Tcf berpotensi menjadi bagian neto perusahaan berbasis di Singapura tersebut. 

Kendati demikian, Faisal mengatakan, Conrad mesti melaukkan survei seismik dan pengeboran eksplorasi lanjutan untuk dua wilayah kerja tersebut. 

“Untuk memastikan nilai resources tersebut baiknya harus dilakukan survei seismik dan atau pengeboran baru di wilayah tersebut,” tuturnya.

Sebagai bagian dari komitmen kerja pasti (KKP) atas dua blok itu, Conrad tengah mengevaluasi kembali prospek sumber daya gas lewat interpretasi data seismik 2D seluas sekitar 17.000 kilometer. Selain itu, Condrad turut melakukan analisis atas 16 sumur yang ada pada konsesi tersebut.  

Conrad berencana untuk melakukan survei seismik 3D dan pemrosesan ulang seismik 2D di dua blok tersebut untuk memastikan hitung-hitungan awal sumber daya potensial tersebut. Setiap blok nantinya akan melakukan satu pengeboran sumur pada tahun ke-3 kontrak kerja sama (KKS) pada 2025 mendatang. 

“Proyek gas di Aceh telah berkembang cepat dari apa yang kami kira dengan ketertarikan pihak ketiga yang muncul pada penemuan di laut dalam kami,” kata Conrad Managing Director and Chief Executive Officer, Miltos Xynogalas seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Senin (29/4/2024). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper