Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab PMI Manufaktur Bangkit Ekspansi Usai 5 Bulan Terpuruk

S&P Global mencatat PMI Manufaktur naik menjadi 51,2 dari sebelumnya 49,6 pada November. Indikasi ekspansi untuk pertama kalinya sejak kontraksi Juni 2024.
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada Desember 2024, setelah 5 bulan berturut-turut mengalami kontraksi. 

Hal ini tercerminkan dari data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global tercatat naik menjadi 51,2 dari sebelumnya 49,6 pada November. Kondisi ini mengindikasikan ekspansi untuk pertama kalinya sejak kontraksi Juni 2024. 

Economics Director di S&P Global Market Intelligence Paul Smith, mengatakan pencapaian ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2024, menandakan pemulihan yang signifikan di sektor tersebut.

“Perekonomian manufaktur Indonesia berakhir pada tahun 2024 dengan catatan positif. Ekspansi untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun menunjukkan bahwa penjualan dan output naik,” kata Paul dalam laporannya, dikutip Kamis (2/1/2025). 

Kenaikan PMI ini didorong oleh peningkatan baik dalam volume produksi maupun pesanan baru. Produksi secara keseluruhan meningkat pada tingkat sedang, meskipun laju kenaikannya lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya. 

Selain itu, sektor ini mencatatkan pertumbuhan dalam pekerjaan baru, dengan permintaan pasar yang lebih kuat, baik dari domestik maupun luar negeri. Penjualan ekspor juga mencatatkan kenaikan marginal, pertama kali setelah hampir satu tahun. 

Ilustrasi manufaktur
Ilustrasi manufaktur

Perusahaan-perusahaan manufaktur merespons lonjakan permintaan dengan meningkatkan aktivitas pembelian selama dua bulan berturut-turut, yang tidak hanya mendukung kebutuhan produksi saat ini tetapi juga untuk membangun stok barang.

Stok bahan baku dan barang jadi tercatat mengalami peningkatan yang moderat pada Desember. Sebagian besar perusahaan optimis akan ada pertumbuhan lebih lanjut pada tahun mendatang. 

“Banyak perusahaan berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang karena kondisi makro ekonomi yang lebih stabil dan kekuatan membeli yang lebih besar di kalangan klien,” ujarnya.

Namun, industri masih menghadapi tantangan dari kenaikan harga barang impor yang disebabkan oleh penguatan dolar AS. Meskipun inflasi harga input sedikit menurun, tetap tercatat cukup tinggi. 

Oleh karena itu, pelaku usaha merespons dengan menaikkan harga jual produk mereka untuk melindungi margin keuntungan, dengan kenaikan harga yang telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut.

“Meski inflasi secara umum masih dapat ditangani saat ini, tren harga tentu saja akan terus diamati pada tahun baru,” tuturnya. 

Meskipun ada optimisme, sektor manufaktur Indonesia akan terus dibayangi perkembangan harga dan tantangan biaya di masa depan untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper