Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Rebound, Pedagang Borong Produk Detik-detik Akhir PPN 12% Berlaku

Kemenperin menyebut aktivitas industri manufaktur nasional kembali bergeliat didukung kenaikan produksi dan pesanan baru pada Desember 2024.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut aktivitas industri manufaktur nasional kembali bergeliat didukung kenaikan produksi dan pesanan baru pada Desember 2024. Salah satu sentimen yang mendorong yaitu pesanan dari pedagang untuk stok produk sebelum pajak pertambahan nilai (PPN) 12% berlaku. 

Untuk diketahui, laporan S&P Global, memperlihatkan capaian Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 berada di fase ekspansif, yakni sebesar 51,2 atau naik signifikan dibanding November 2024 yang mengalami kontraksi di level 49,6.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, banyak pedagang yang membeli barang lebih pada Desember karena masih berlaku tarif PPN 11% sehingga membuat permintaan pada akhir tahun agak besar. Tren kontraksi juga telah terjadi 5 bulan beruntun. 

“Mereka menyimpan stok hingga Januari dan akan dijual dengan tarif PPN 12%. Jadi, mereka ada untung kurang lebih 1%,” kata Febri dalam keterangan resminya, Kamis (2/1/2025). 

Menurut Febri, PMI manufaktur yang ekspansif juga menunjukkan aktivitas industri yang bergeliat positif pada penghujung tahun 2024. Posisi indeks tersebut juga sejalan dengan laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2024 yang bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93. 

“Alhamdullilah, industri manufaktur kita kembali rebound setelah 5 bulan berturut-turut mengalami kontraksi sejak Juli 2024," imbuhnya. 

Dia juga meyakini di tengah dinamika politik dan ekonomi global yang penuh ketidakpastian, sektor industri manufaktur di Indonesia tetap menunjukkan ketangguhannya

“PMI manufaktur yang ekspansif ini sekaligus menandakan bahwa kepercayaan diri dan optimisme dari pelaku industri kita masih cukup tinggi. Hal ini turut didukung adanya kenaikan volume produksi dan pesanan baru,” tuturnya.

Lebih lanjut, hal ini juga menjadi bukti industri mampu berdaya saing dengan strukturnya cukup baik sehingga produktivitas bisa berjalan lancar dari hulu sampai hilir. 

“Tanpa dukungan regulasi yang tepat saja, industri kita sudah bisa ekspansif. Apalagi kalau didukung regulasi yang tepat, seperti pengendalian barang-barang impor, tentunya manufaktur kita akan meroket tinggi,” imbuhnya.

Sebelumnya, Paul Smith selaku Economics Director S&P Global Market Intelligence mengatakan, perekonomian manufaktur Indonesia berakhir pada tahun 2024 dengan catatan positif. 

Ekspansi untuk pertama kali sejak pertengahan tahun ini menunjukkan bahwa penjualan dan output mengalami kenaikan. “Terlebih lagi, besar harapan bahwa tren positif ini akan berlanjut,” ujarnya. 

Menurut Paul, banyak perusahaan berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang karena kondisi makro ekonomi stabil dan kekuatan membeli di antara klien membaik.

“Sehingga lapangan kerja dan aktivitas pembelian naik,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper