Bisnis.com, JAKARTA — Penguatan posisi geopolitik hingga peningkatan kerja sama ekonomi internasional menjadi beberapa dampak positif yang akan didapat Indonesia setelah resmi menjadi anggota penuh BRICS.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menuturkan salah satu dampak positif status anggota penuh BRICS adalah terbukanya peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi geopolitiknya di kancah global.
Dia menuturkan, Indonesia dapat berpartisipasi dalam pembentukan sistem keuangan alternatif yang dikembangkan BRICS, termasuk penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral yang berpotensi mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Selain itu, Indonesia memiliki beberapa bidang potensial yang dapat dimaksimalkan. pada sektor ekonomi, Indonesia dapat memanfaatkan New Development Bank (NDB) BRICS untuk pendanaan proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.
"Kerja sama perdagangan juga dapat ditingkatkan, terutama dalam sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, teknologi digital, dan industri manufaktur dengan negara-negara BRICS yang memiliki keunggulan teknologi seperti China dan India," ujar Yusuf pada Selasa (7/1/2025).
Selain itu, Indonesia juga dapat memaksimalkan forum BRICS untuk mendorong agenda pembangunan berkelanjutan dan transisi energi. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia. Dia mengatakan, dengan potensi besar Indonesia dalam energi terbarukan, kerja sama pada bidang ini dapat memberikan manfaat signifikan bagi industrialisasi dan transformasi ekonomi.
Baca Juga
Selain itu, transfer teknologi dan berbagi pengalaman dalam pengembangan ekonomi digital dengan negara-negara BRICS dapat membantu mempercepat transformasi digital Indonesia.
Di sisi lain, bergabungnya Indonesia dengan BRICS juga menghadirkan beberapa risiko yang perlu diantisipasi. Yusuf menuturkan, Indonesia harus berhati-hati dalam menjaga keseimbangan hubungan diplomatiknya, terutama dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Hal tersebut mengingat adanya persaingan geopolitik antara blok Barat dengan beberapa negara BRICS seperti Rusia dan China.
Selain itu, perbedaan kepentingan ekonomi dan politik di antara anggota BRICS sendiri bisa menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan bersama.
Yusuf menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk mengambil pendekatan pragmatis dalam keanggotaannya di BRICS, dengan tetap mempertahankan prinsip politik luar negeri bebas aktif.
"Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dari keanggotaan BRICS sambil memitigasi risiko-risiko yang mungkin muncul, serta tetap menjaga hubungan baik dengan mitra-mitra tradisionalnya," kata Yusuf.