Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2025 tidak jauh berbeda dengan kuartal I/2025.
Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai, terdapat sejumlah faktor yang mengarah kepada keraguan bahwa ekonomi kuartal II/2025 mampu tumbuh lebih tinggi dari kuartal I/2025 yang sebesar 4,87% secara tahunan.
Menurut dia, sejatinya bahkan agak sulit untuk berharap pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 dapat lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. “Skenario maksimal, angka pertumbuhannya tidak jauh berbeda dari kuartal I/2025,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (20/7/2025).
Dia mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan hal tersebut, yakni pertama, pada kuartal I/2025 terdapat momentum Ramadan dan Lebaran yang menjadi mesin pendorong pertumbuhan setiap tahunnya. Namun, tidak ada pada kuartal II/2025.
Sekalipun pada kuartal kedua terdapat momen libur sekolah, imbuhnya, tetapi dampaknya tidak akan sebesar Ramadan dan Lebaran.
Kedua, belanja pemerintah masih lambat. Sekalipun pemerintah telah mulai membuka efisiensi pada Maret lalu, tetapi Yusuf melihat serapannya masih belum terakselerasi.
Terbukti dalam Laporan Semester I APBN 2025, realisasi belanja negara pada periode tersebut baru mencapai Rp1.406 triliun atau 38,8% dari pagu yang mencapai Rp3.621,3 triliun.
Belanja negara bahkan diperkirakan hanya akan tersalurkan 97,4% atau sekitar Rp3.527,5 triliun sampai dengan akhir tahun.
Ketiga, pemerintah memang memberi stimulus, tetapi kebijakan tersebut baru muncul pada akhir kuartal kedua alias Juni 2025.
Belum lagi cakupan stimulus yang relatif terbatas, hanya untuk calon kelas menengah, padahal kelompok kelas menengah lah yang menyumbang lebih dari 50% dari total konsumsi. “Artinya, dibandingkan kuartal I/2025, konsumsi rumah tangga tidak akan terlalu banyak berubah,” tuturnya.
Melihat realisasi produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2025, pertumbuhan ekonomi kontraksi sebesar 0,98% (quartal-to-quartal/QtQ), terdalam dalam lima tahun. Secara tahunan, hanya tumbuh 4,87% yang terhambat efisiensi pemerintah.
Konsumsi rumah tangga pada periode tersebut yang menyumbang 54,53% terhadap PDB hanya mampu tumbuh 4,89% YoY meski terdapat Ramadan dan Lebaran. Sementara konsumsi pemerintah kontraksi 1,38% dan hanya menyumbang 5,88% terhadap PDB.
Baca Juga : OPINI: Mengejar Pertumbuhan Ekonomi 6% |
---|
Sementara itu, pembukaan blokir anggaran sampai dengan 24 Juni 2025 telah dilakukan senilai Rp134,9 triliun dari total Rp306,7 triliun yang dicadangkan.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan meyakini usai membuka blokir anggaran dan ditambah dengan stimulus, ekonomi pada kuartal II/2025 dapat tumbuh lebih dari 4,7% estimasi awal otoritas fiskal.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan bahwa pemerintah telah berusaha untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II/2025.
Hal tersebut dilakukan melalui belanja pemerintah berupa penyaluran stimulus fiskal, mulai dari diskon transportasi, Bantuan Subsidi Upah (BSU), hingga tambahan bantuan pangan yang totalnya mencapai Rp24,4 triliun.
“Dengan stimulus yang kami launching kemarin di kuartal kedua, kami berharap akan dapat lebih baik dari 4,7%,” ujarnya di kompleks parlemen, Selasa (15/7/2025).
Sesuai dengan jadwal, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi PDB kuartal II/2025 pada 5 Agustus 2025 mendatang.