Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Korea (BOK) memperingatkan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akan terpangkas akibat tarif impor 15% yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) atas produk ekspor utama, mulai baja hingga otomotif.
Dalam laporannya pada Kamis (28/8/2025), BOK memperkirakan beban tarif baru itu akan memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,45% tahun ini dan 0,6% pada 2026. Di sisi lain, inflasi konsumen diproyeksi melambat 0,15% tahun ini dan 0,25% tahun depan.
Bank sentral menjelaskan dampak tarif akan menekan perekonomian melalui jalur perdagangan, pasar keuangan, dan sentimen bisnis. Sektor ekspor diperkirakan menjadi yang paling terdampak, dengan penjualan ke AS turun akibat biaya lebih tinggi yang menggerus daya saing serta permintaan yang melemah.
Baja dan otomotif disebut sebagai sektor yang terkena pukulan terbesar, meski sebagian pengalihan ekspor ke wilayah lain dapat meredam tekanan.
Adapun Seoul dan Washington berhasil mencapai kesepakatan perdagangan pada akhir Juli yang menghindarkan Korea dari ancaman tarif 25% yang digulirkan Presiden Donald Trump. Sebagai gantinya, Korea menyetujui komitmen investasi senilai US$350 miliar ke AS, di luar rencana investasi swasta yang juga diperkirakan mencapai sekitar US$150 miliar.
“Dana investasi untuk AS yang dibahas bersamaan dengan rencana tarif ini juga perlu dicermati. Meskipun detailnya belum jelas, kombinasi tarif dan dorongan investasi lokal di AS berisiko menggerus industri Korea, dengan dampak lanjutan berupa pelemahan lapangan kerja dan brain drain," tulis BOK dalam laporannya dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga
Dalam keputusan kebijakan yang sama, BOK menahan suku bunga acuan pada level 2,5%. Otoritas moneter menyebut perlunya memantau perkembangan pasar perumahan serta dampak tarif AS sebelum mempertimbangkan pemangkasan lanjutan.
BOK menambahkan kondisi keuangan juga berpotensi mengetat karena tarif mendorong inflasi di AS dan menunda rencana pemangkasan suku bunga The Federal Reserve. Hal ini berimbas pada kondisi kredit dalam negeri yang makin tertekan sehingga dapat menahan laju investasi dan konsumsi.
Ketidakpastian perdagangan yang meningkat, menurut BOK, menambah lapisan pelemahan dengan menekan belanja rumah tangga dan investasi korporasi, karena dunia usaha memilih menunggu kejelasan prospek dagang.
Meski guncangan awal masih tertahan oleh masa tenggang tarif serta perusahaan yang menyerap sebagian biaya, BOK memperingatkan dampaknya bakal semakin kuat.
Dalam jangka panjang, Korea menghadapi risiko rantai pasok terganggu, industri domestik tergerus, serta perubahan pola perdagangan global yang berpotensi mengubah struktur ekonominya secara permanen.