Bisnis.com, SURABAYA--Perusahaan pemrosesan kedelai edamame PT Mitratani Dua Tujuh berminat memanfaatkan lahan seluas 1.000 hektare milik PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk pembudidayaan komoditas tersebut.
Areal tersebut diperlukan Mitratani (perusahaan patungan milik PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dan PT Bahana Artha Ventura) sebagai pengganti lahan sewa milik petani yang lokasinya terpencar-pencar. Namun, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) tidak bisa memenuhi keinginan Mitratani, meskipun BUMN tersebut memiliki ribuan hektare lahan di Kabupaten Jember.
Sekretaris Perusahaan PTPN XII Herry Purwanto mengatakan kerja sama pemanfaatan lahan bagi pembudidayaan kedelai edamame dengan Mitratani sulit dilakukan.
"Memang ada lahan di Jember, tetapi kami tidak bisa memenuhi keinginan Mitratani untuk kerja sama penanaman kedelai edamame hingga 1.000 hektare, terlebih-lebih dalam jangka panjang," ujarnya tatkala ditemui di kantornya, Kamis (28/11 2013).
Menurut dia, PTPN XII memiliki lahan ribuan hektare yang digunakan membudidayakan tanaman semusim a.l. tebu. Namun, pemanfaatan lahan bagi tebu dimaksudkan sebagai masa tunggu bagi pembudidayaan komoditas utama yang diusahakan BUMN tersebut yakni karet atau kopi.
Sebelumnya, Direktur PT Mitratani Dua Tujuh Wasis Pramono menyatakan keinginannya untuk bekerja sama dengan PTPN XII di bidang penanaman kedelai edamame, melalui pemanfaatan lahan 1.000 hektare milik BUMN tersebut di Jember.
"PTPN XII memiliki lahan cukup luas di Jember yang bisa dikerjasamakan, dan kami siap melakukan sinergi business to business guna membudidayakan edamame secara intensif," tuturnya tatkala ditemui di pabriknya di Jember, belum lama ini.
Wasis meyakini kerja sama dengan PTPN XII bisa berlangsung saling menguntungkan, dan mampu meningkatkan produksi edamame melalui penyempurnaan teknis budidaya a.l. perbaikan irigasi. Umur panen kedelai edamame selama 70 hari.
Selama ini Mitratani menyewa lahan petani dengan luasan sekitar 1.000 hektare per tahun yang lokasinya terpencar-pencar. Perusahaan yang beroperasi sejak 1995 itu pada 2012 membukukan penjualan senilai Rp105 miliar, diantaranya penjualan ekspor ke Jepang Rp88 miliar dan sisanya ke pasar lokal.
"Tahun ini kami bisa mengekspor kedelai edamame 5.593 ton senilai Rp102,3 miliar atau 80% dari total pendapatan kami," papar Wasis.