Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konferensi WTO Bali: “WTO Kills Farmers!”

Ratusan aktivis dari 30 negara meneriakkan penolakan terhadap Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (KTM WTO) karena dinilai kian melemahkan posisi petani dan hanya menguntungkan industri di negara maju.
Menlu Marty Natalegawa (kiri) menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Brazil Luis Alberto Figueiredo (kanan), dalam  Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO, Nusa Dua, Bali/Antara
Menlu Marty Natalegawa (kiri) menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Brazil Luis Alberto Figueiredo (kanan), dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO, Nusa Dua, Bali/Antara

Bisnis.com, DENPASAR - Ratusan aktivis dari 30 negara meneriakkan penolakan terhadap Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (KTM WTO) karena dinilai kian melemahkan posisi petani dan hanya menguntungkan industri di negara maju.

Tulisan mencolok di atas kain raksasa warna kuning berbunyi “WTO Kills Farmers!” beserta terjemahan dari sejumlah bahasa di dunia mewarnai jalan di sekitar Lapangan Renon, Denpasar atau sekitar 40 km dari Nusa Dua, tempat KTM WTO digelar.

Sejumlah poster dan spanduk lainnya mengajak menolak WTO. “WTO membunuh nelayan!”, “Akhiri WTO!”, “Hentikan Kekerasan!”

Unjuk rasa, Selasa (3/12/2013) siang itu berlangsung tertib. Tak ada kawalan yang begitu ketat dari pihak kepolisian. Pun tidak ada pengerahan petugas keamanan yang berlebihan. Tampak beberapa anggota polisi mengatur lalu lintas.

Para pengunjuk rasa sesekali meneriakkan tolak WTO seraya mengibarkan berbagai bendera dengan ukran yang sangat besar dengan warna dan simbol dari masing-masing perwakilan organisasi dan negara.

Mereka berasal dari berbagai elemen yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Indonesia Melawan Neokolonialisme-Imperialisme (Gerak Lawan) dan Social Movements for an Alternative Asia (SMAA), sebuah gerakan sosial Asia yang cukup besar.

Beberapa aktivis di antaranya berasal dari Jepang, India, Eropa, China dan juga aktivis dari berbagai negara berkembang dari seluruh benua berorasi secara bergantian menyuarakan kepentingan rakyat kecil, terutama petani, nelayan, dan kaum buruh.

Tampak beberapa mengenakan pakaian yang menunjukkan identitas negara dan membawakan kesenian tradisional, dianyaranya dari Jepang dan China. Sajian mereka menarik perhatian masyarakat yang tengah melakukan kegiatan di sekitar Lapangan Renon di pusat kantor pemerintahan Provinsi Bali itu.

Henry Saragih, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Serikat Tani Indonesia, mengatakan unjuk rasa itu merupakan penolakan terhadap WTO. “Krisis di Eropa, India dan negara berkembang disebabkan kebijakan WTO. Kita harus tolak WTO,” katanya.

WTO, lanjurt Henry, merupakan skema politik imperialisme Amerika Serikat yang telah mengeksploitasi kekayaan negara negara di dunia dan menyengsarakan kehidupan rakyat petani, nelayan dan menciptakan industrialisasi yang menindas buruh.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper