Bisnis.com, JAKARTA – Subsidi bahan bakar minyak membengkak Rp74,3 triliun menjadi Rp285 triliun akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
Dalam APBN 2014, pagu subsidi BBM, elpiji dan bahan bakar nabati (BBN) ditetapkan Rp210,7 triliun dengan asumsi kurs rata-rata rupiah Rp10.500 per dolar Amerika Serikat.
Namun, proyeksi kurs rata-rata rupiah yang terdepresiasi hingga Rp11.700 per dolar AS sepanjang 2014 membuat pembengkakan subsidi BBM tak terhindarkan.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan setiap deviasi kurs rupiah Rp100 per dolar AS, maka defisit anggarab bertambah Rp3 triliun.
“Kalikan saja dengan volume konsumsi BBM kita. Makanya, harus ada pemangkasan belanja,” katanya seusai pidato penyampaian Pengantar dan Keterangan Pemerintah atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2015 dalam sidang paripurna DPR, Selasa (20/4/2014).
Meskipun demikian, pemerintah hanya akan mengendalikan volume konsumsi ketimbang menaikkan harga BBM tahun ini. Kuota BBM dalam APBN 2014 ditetapkan 48 juta kiloliter. Adapun, berdasarkan laporan Pertamina, volume konsumsi akan sedikit membengkak menjadi 48,5 juta kl.
Selain subsidi BBM, subsidi listrik pun melambung Rp35,7 triliun menjadi Rp107,1 triliun. Semula, pagu subsidi listrik dipatok Rp71,4 triliun dalam APBN 2014.
- Anggaran Pos Penting Dikorbankan, Pemerintah Didesak Pangkas Subsidi BBM
- Subsidi BBM Enggan Dipangkas, Target MP3EI Tak Realistis Lagi