Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mitigasi Pertamina Antisipasi Dampak Tekanan Kurs hingga Perang Dagang

Pertamina menyiapkan sejumlah strategi mitigasi untuk menghadapi berbagai tekanan global, mulai dari penurunan harga minyak mentah dunia hingga perang dagang.
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menyiapkan sejumlah strategi mitigasi untuk menghadapi berbagai tekanan global, mulai dari penurunan harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar, hingga perang dagang

Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan, berbagai tekanan tersebut menekan margin dan profitabilitas perusahaan sepanjang tahun lalu hingga saat ini. 

"Yang pertama adalah harga minyak mentah global yang turun berkisar 15%-20% dibandingkan tahun lalu, dari rata-rata US$78 per barel menjadi US$65 per barel pada bulan Mei 2025 ini," ujar Simon dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Kamis (22/5/2025). 

Pada 2021, tren harga minyak mentah brent berada di bawah US$60 per barel. Bahkan, tahun sebelumnya sempat menyentuh di bawah US$30 per barel. 

Harga minyak mentah sempat meningkat tajam pada 2022 ke level US$124 per barel, dengan rata-rata US$97 per barel karena ada konflik di Rusia dengan Ukraina. 

Setelah 2022, kondisi global mulai pulih, harga minyak mentah masuk pada titik keseimbangan baru dengan harga minyak mentah mencapai US$83 per barel. Dalam 2 tahun terakhir, harga minyak stabil di US$78 per barel. 

"Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya kondisi oversupply kapasitas dikarenakan banyak kilang baru yang juga membuat selisih harga minyak mentah," tuturnya.

Tak hanya itu, harga produk kilang yang disebut crack spread juga menipis ke angka US$10 per barel di bawah break even kilang Pertamina yang ada saat ini sekitar US$15 per barel. 

"Di saat yang sama, adanya pelemahan nilai tukar rupiah hingga menyentuh Rp16.500 terhadap USD yang turut memengaruhi pembayaran dalam transaksi global," imbuhnya.

Saat ini, Pertamina juga tengah mengantisipasi risiko dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terhadap ketahanan energi nasional. Simon menerangkan, pihaknya berfokus pada peningkatan kapasitas domestik, baik untuk produksi hulu maupun peningkatan serapan minyak dalam negeri, dan menjaga keandalan operasional seluruh lini bisnis.

"Langkah diversifikasi sumber dan jalur impor juga terus kami lakukan untuk mitigasi resiko geopolitik di jalur distribusi dan saat ini kami terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk mendapat dukungan kebijakan dan skema G2G [government-to-government] dalam menjaga stabilitas supply," jelasnya. 

Lebih lanjut, Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro menambahkan, pihaknya juga telah berkordinasi dengan Pokja peningkatan produksi hulu bersama Kementerian ESDM untuk meningkatkan produksi nasional. 

"Target kita di tahun ini finish di 419.000 barrel oil per day meskipun kita juga ditantang untuk sampai 430.000 barrel oil per day untuk produksi domestik," tambahnya. 

Tak hanya itu, implementasi biodiesel B40 yang saat ini berjalan juga disebut telah mengurangi konsumsi solar sampai 9 juta barel per tahun. Pertamina pun kini mulai memasarkan bioetanol dan Sustainable Aviation Fuel (SAF). 

Di samping itu, pihaknya juga memperkuat pengelolaan pasokan yang bersumber dari internasional, dengan melakukan skema Regular Alternative and Emergency (RAI). 

Terakhir, Wiko juga menuturkan bahwa Pertamina bersama pemerintah melakukan diversifikasi sumber pasokan, termasuk spesifikasi minyak mentah di kilang dan mengkaji shifting impor migas dari AS.

"Juga tentu saja berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjajaki kemungkinan kerja sama bilateral dengan negara-negara di luar yang selama ini kita bertransaksi dengan tujuan untuk mendapatkan pasokan yang lebih efisien," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper