Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Garam Belum Minati Teknologi Geomembran

Petani garam di sejumlah daerah belum tergerak mengadopsi teknologi geomembran untuk meningkatkan produksi karena terkendala modal.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, SURABAYA—Petani garam di sejumlah daerah belum tergerak mengadopsi teknologi geomembran untuk meningkatkan produksi karena terkendala modal.

Petani garam asal Kecamatan Losarang, Indramayu, Sarli menguraikan dari 700 hektare tambak di daerahnya kurang dari 1 hektare yang mengadopsi geomembran.

“Jangka waktu panen lebih lama sehingga meski produksi bisa naik petani belum tergerak. Teknologi ini juga baru dikenalkan tahun lalu, petani masih mau melihat hasilnya,” jelasnya di Surabaya, Kamis (17/9/2014).

Geomembran merupakan lembaran untuk menampung air laut bahan garam. Lembaran tersebut dihamparkan di tambak tradisional, lantas dimasukkan air laut ke dalamnya.

Sarli menguraikan penggunaan geomembran membuat masa panen garam perlu sepekan. Sedangkan bila dengan cara tradisional petani biasa memanen setiap tiga hari sekali.

Perbedaan masa panen, kata dia, membuat petani belum tertarik mengadopsi teknologi ini. Meski secara nyata produksi garam di tambak tradisional yang semula 70 ton-80 ton per hektare bisa meningkat hingga 100 ton per hektare saat menggunakan geomembran.

Petani garam asal Kecamatan Tangkil, Pati, Jawa Tengah, Rokib menambahkan petani di daerahnya belum tertarik mengadopsi geomembran karena persoalan biaya. Pemasangan geomebran memerlukan biaya Rp24 juta.

“Tapi memang airnya bisa panas, malam juga, sehingga penguapan lebih baik,”  jelasnya petani yang mengelola 10 hektare tambak ini. Dari jumlah itu baru 0,5 hektare yang dipasangi geomembran.

Menurutnya bila ada skema pembiayaan lebih ringan bisa saja petani diarahkan mengadopasi teknologi tersebut. Pembiayaan menjadi penting karena ini terkait mengubah kebiasaan panen tiga hari sekali menjadi sepekan sekali.

Petani, kata dia, juga sudah sadar untuk meningkatkan harga jual garam maka kualitas harus lebih baik. Penggunaan teknologi pengolahan diamini jadi salah satu cara.

"Namun kesadaran itu terbentur kebutuhan, sehingga perlu skema meringankan untuk modernisasi petani garam ini," tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper