Bisnis.com, PALEMBANG -- PT Pupuk Sriwidjaja Palembang mengakui adanya sejumlah kondisi yang tidak menggembirakan untuk kondisi keuangan perusahaan pada tahun ini, salah satunya akibat nilai tukar rupiah yang melemah.
Direktur Utama Pusri Musthofa memaparkan pelemahan mata uang itu membuat biaya produksi membengkak karena pihaknya membeli bahan baku pupuk, yaitu gas alam, dalam bentuk dolar Amerika Serikat.
"Sekitar 60% dari biaya produksi kami digunakan untuk membeli gas alam sehingga ketika rupiah melemah kami harus membayar lebih tinggi," paparnya, Rabu (24/12/2014).
Dia menghitung biaya pembelian gas telah meningkat sekitar 19% akibat kondisi nilai tukar rupiah.
Saat ini, perseroan membeli gas dalam kontrak senilai US$5 per mmbtu. Biaya bahan baku itu juga akan naik 2,5% atau menjadi US$5,9 per mmbtu pada tahun depan.
Oleh karena itu perseroan pun berupaya melakukan efisiensi biaya non gas untuk menyeimbangkan keuangan dan agar dapat bersaing dengan urea dari luar negeri.
"Kami sekarang mampu menekan biaya non gas hingga 10%, pokoknya efisiensi semaksimal mungkin terutama di bagian produksi supaya tidak terjadi pemborosan," paparnya.