Bisnis.com, BANDUNG - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat menilai agroindustri di wilayahnya masih jauh dari kondisi yang optimal, padahal sumber daya alamnya masih terus melimpah.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Barat Ferry Sofwan mengatakan sudah saatnya sumber daya manusia dari perguruan tinggi yang memfokuskan diri pada pendidikan agroindustri untuk ikut serta mengembangkan sektor ini.
"Sebut saja alat pengolah makanan, biasanya itu menjadi salah satu syarat kelulusan atau skripsi. Harusnya para lulusan berpikir untuk pengembangannya," ujar Ferry, Jumat (13/3/2015).
Ferry mengatakan produksi hasil pertanian dalam negeri sampai sekarang belum semua diolah sendiri karena keterbatasan peralatan yang memadai. Bahkan harus mengimpor peralatan dari luar yang harganya bisa sangat mahal.
"Padahal para lulusan banyak yang membuatnya. Harusnya bisa mengembangkannya ke pengusaha pembuat alat-alat industri pertanian, di Bandung ada," ujarnya.
Ferry memberi saran agar para lulusan dapat mengembangkan inovasi yang dibuatnya dengan memanfaatkan para politisi yang berkecimpung sebagai anggota legislatif.
Dia berpendapat, hal tersebut dapat membantu memopulerkan alat-alat yang ditemukan, setidaknya kepada para kepala daerah.
Dia mencontohkan Jabar selama ini memiliki potensi geografi dan market yang baik. Potensi geografi tempat kekayaan alam yang melimpah sekaligus memiliki sentra produksi seharusnya dioptimalkan. Namun, sektor ini belum dikembangkan secara penuh.
Berdasarkan data yang dipaparkan Ferry, 40% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jabar berasal dari industri manufaktur. Arus ekspor yang terjadi berasal dari perusahaan besar, mulai dari komponen otomotif hingga produk tekstil. Sektor agroindustri belum dimunculkan secara maksimal.
“Dari Jabar kita sudah mengekspor karet, teh, dan hasil perkebunan, tetapi jumlahnya kalah dengan manufaktur. Ekspor produk olahan pangan pun belum besar,” ujar Ferry.
Untuk meningkatkan sektor agroindustri, Ferry mendorong penggarapan sektor agro tersebut menjadi lebih optimal. Hal ini harus didukung oleh teknologi dan SDM yang baik.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Lilik Sutiarso mengatakan lulusan pertanian dalam negeri belum separuhnya yang dimanfaatkan untuk pengembangan industri agrikultur.