Bisnis.com, SEMARANG - Meski besarannya lebih kecil, Mei ini Jawa Tengah diperkirakan masih akan diterpa inflasi.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY memperkirakan inflasi Mei terjadi rencana pemerintah menaikkan tarif listrik serta dampak lain dari tekanan harga kelompok makanan yang rentan gejolak.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng-DIY Ananda Pulungan di Semarang, Jumat (8/5/2015) menyebutkan, inflasi diperkirakan masih akan terjadi sejalan dengan rencana kebijakan pemerintah menaikkan tarif listrik untuk beberapa golongan pelanggan.
Selain itu, risiko yang harus dicermati dari kelompok volatile foods atau komponen harga bergejolak adalah masuknya masa tanam bagi beberapa komoditas strategis.
"Salah satu komoditas yang masuk volatile foods yaitu bawang merah yang diperkirakan akan mengalami gejolak harga hingga masuknya musim panen pada awal Juni," katanya.
Sementara itu, BI akan terus melakukan pemantauan risiko dan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Menurutnya, berbagai langkah koordinasi akan dilakukan yaitu yang diarahkan untuk dapat menurunkan tekanan inflasi secara bertahap pada semua komponen.
"Ini sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi yang telah terbentuk," katanya.
Sebelumnya, sesuai perkiraan BI, inflasi pada bulan April mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya.
Inflasi April 2015 tercatat sebesar 0,17% atau sedikit meningkat dari bulan Maret lalu yang tercatat sebesar 0,16%.
Secara tahunan inflasi Jawa Tengah sebesar 5,99% atau meningkat dari 5,69% pada bulan Maret.
Inflasi di Jateng jauh lebih rendah dari nasional sebesar 0,36%.
"Hal ini mencerminkan kinerja yang baik dalam pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada umumnya," katanya.
Menurutnya, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar adalah bensin, diikuti bawang putih, tarif kereta api, bahan bakar rumah tangga dan gula pasir.
Untuk inflasi tertinggi terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,35% sementara inflasi terendah terjadi di Kota Tegal sebesar 0,10%.
Di sisi lain, kelompok volatile foods kembali melanjutkan tren deflasi yang sudah terjadi sejak Januari 2015.
Pada April deflasi tercatat sebesar 1,41% lebih dalam dibandingkan bulan Maret lalu yang hanya mengalami deflasi sebesar 0,33%.
Rendahnya tekanan harga kelompok volatile foods utamanya disebabkan komoditas beras dan cabai rawit yang masih berada dalam masa panen di beberapa daerah sentra produksi.
Penurunan tersebut juga terkonfirmasi berdasarkan hasil pantauan Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SIHATI) dan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), di mana harga beras dan cabai rawit terpantau turun.
Sementara dari sisi permintaan, terjaganya ekspektasi masyarakat menjadi faktor stabilnya inflasi inti di bulan April yang tercatat sebesar 0,02%.
Secara umum, dapat dikatakan rendahnya inflasi di Jateng karena kenaikan harga BBM yang dikompensasi penurunan harga volatile foods.