Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GMF Aero Asia Targetkan Pendapatan 150 Juta Dollar di Kuartal II

PT Garuda Maintenance Facilities Aero Asia, menargetkan pendapatan sebesar US$150 juta pada kuartal II 2015 atau meningkat sekitar 11,11% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu US$135 juta.

Bisnis.com, JAKARTA- PT Garuda Maintenance Facilities Aero Asia, menargetkan pendapatan sebesar US$150 juta pada kuartal II 2015 atau meningkat sekitar 11,11% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu US$135 juta.

Direktur Utama GMF Aero Asia Richard Budihadianto mengatakan, sepanjang tahun ini potensi market industri perawatan pesawat nasional tumbuh sekitar 5,88% atau, pada 2015 ini, potensi pasar tanah air mencapai US$900 juta, di mana pada 2014 jumlahnya US$850 juta.

Dia menambahkan, pangsa pasar industri MRO di Indonesia pun sebagian besar masih diambil oleh GMF Aeroasia. Menurutnya, GMF pada tahun ini menargetkan dapat mengambil sekira US$280 juta atau meningkat dari realisasi tahun sebelumnya yang berkisar US$250 juta

“Namun, dengan adanya peningkatan potensi market tersebut, industri MRO tanah air tetap baru bisa menyerap sekira 30%-nya saja. Sama dengan realisasi tahun lalu,” ungkapnya, Senin (25/5).

Pada kuartal I 2015, kontribusi terbesar penyumbang pendapatan GMF tetap berasal dari Garuda, Citilink, dan Sriwijaya Air. Menurutnya, jumlah ketiga maskapai tersebut berkontribusi 75% dari pendapatan GMF.

“Sisanya, 25% itu, konsumen luar negerinya berjumlah 80%, sedangkan konsumen dalam negeri berjumlah 20%,” katanya.

Pada kuartal I 2015, GMF Aero Asia mengalami pertumbuhan 6,7% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu Di empat bulan pertama tahun ini, GMF membukukan pendapatan US$65,96 juta. Sementara itu, pada 2014, GMF mencatatkan revenue sejumlah US$ 61,82 juta.

“Realisasi pada kuartal pertama tahun ini juga telah melebihi target yang kami bidik. Kami menargetkan pendapatan sebesar US$62 juta di empat bulan pertama 2015, tumbuh 6,3% dari target," paparnya.

Sementara itu, pemerintah menyetujui penerapan bea masuk 0% untuk empat pos tarif komponen pesawat terbang. Langkah tersebut untuk meningkatkan daya saing industri MRO dalam negeri, yang saat ini baru bisa menyerap sekira 30% dari potensi market MRO tanah air setiap tahunnya.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi Elektronika, dan Telematika Kementerian Perindustrian Kemenperin I Gusti Putu Suryawan mengatakan, industri penerbangan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perawatan pesawatnya. Melainkan, dengan dialihdayakan kepada perusahaan yang bergerak dibidang MRO.

Padahal, lanjutnya. di Indonesia pada saat ini terdapat 72 MRO yang teregister di Kementerian Perhubungan. Dari jumlah itu, 29 di antaranya adalah anggota Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).

“Untuk meningkatkan daya saing industri MRO Nasional, pada tahun 2013 Kemenperin menyampaikan pertimbangan teknis kepada Kementerian keuangan untuk penurunan 4 pos tarif komponen pesawat terbang menjadi 0%. Alhamdulillah telah disetujui pada tanggal 28 April 2015,” katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper