Bisnis.com, CIREBON - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat menilai banyaknya petani yang tidak melakukan peremajaan pada tanaman memicu penurunan produktivitas pada komoditas itu.
Seperti diketahui, memasuki musim giling 2015 produtivitas tebu di Jabar mengalami penurunan karena tidak mencapai target sebesar 669 kuintal per hektare (ha). Produtivitas mayoritas masih di bawah 500 kuintal per ha.
Sekretaris APTRI Jabar Haris Sukmawan mengatakan kebanyakan petani tebu menerapkan pola kepras tebu (ratoon) yakni tetap memelihara sisa batang setelah panen (tebang) hingga tumbuh tunas dan menjadi tanaman.
Padahal, menurutnya, sitem tanam kepras idealnya hanya dilakukan sebanyak tiga kali dalam areal yang sama sehingga tidak berdampak buruk pada hasil produktivitas.
“Selama ini banyak petani yang menerapkan pola kepras lebih dari tiga kali, bahkan ada yang sampai tujuh kali kepras,” katanya, Minggu (28/6/2015).
Haris memaklumi dengan pola kepras petani tebu bisa lebih menghemat biaya produksi karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk benih baru. Namun, jika pola tersebut dilakukan lebih dari tiga kali maka konsekuensinya hasil produktivitas semakin turun.
“Idealnya setelah tiga kali menerapkan pola kepras, petani harus melakukan peremajaan benih tebu,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan petani bisa melakukan peremajaan tebu dengan benih unggul. "Petani juga perlu bantuan pemerintah untuk mendapatkan bibit tersebut, setidaknya berupa insentif."
Pengamat bisnis perkebunan di Jabar Iyus Supriyatna mengakui selama ini para petani tebu tidak melakukan pola kepras pada tanaman mereka sehingga produktivitasnya semakin rendah.
Oleh karena itu, lanjutnya, para petani harus melakukan peremajaan tebu dengan benih unggul yang direkomendasikan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri).
"Setiap kali tanam, petani hanya boleh memeliharan tanaman dua hingga dua kali tebang," ujarnya.
APTRI: Minim Peremajaan, Produktivitas Tebu di Jabar Susut
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat menilai banyaknya petani yang tidak melakukan peremajaan pada tanaman memicu penurunan produktivitas pada komoditas itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar M. & Maman Abdurahman
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Konten Premium