Bisnis.com, JAKARTA - The World Bank menyebut tingkat ketimpangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia (gini ratio) semakin melebar dalam beberapa tahun terakhir.
Country Director Indonesia The World Bank Rodrigo A. Chaves mengatakan angka ketimpangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia tahun ini mencapai 0,42%.
"Angka ini tertinggi yang pernah tercatat sepanjang sejarah. Angka gini ratio ini sama seperti Uganda, Pantai Gading, dan lebih buruk dari India," ujarnya dalam acara Aku Akhiri Ketimpangan Untuk Indonesia di Djakarta Theater Jakarta, Selasa (8/12/2015).
Ketimpangan antara orang kaya dan miskin meningkat dari 0,30% pada 2000 menjadi 0,41% pada 2014 dan melebar menjadi 0,42% pada tahun ini.
Menurutnya, kondisi gini ratio yang semakin melebar ini dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Padahal, Indonesia telah mengalami kemajuan luar biasa selama 15 tahun yakni pertumbuhan ekonomi Indoensia mencapai 6% selama 10 tahun.
Lebarnya ketimpangan antara si kaya dan si miskin ini juga menciptakan kondisi rawan konflik sosial pada masyarakat Indonesia yakni munculnya kecemberuan sosial.
"Ketika masyarakat miskin frustasi dan tidak punya harapan, maka mereka tergoda melakukan tindakan gejolak sosial," katanya.
Para masyarakat miskin, lanjuttidak mengharapkan bantuan secara langsung, namun mereka memerlukan peluang untuk mengubah kondisi hidupnya.
"Selagi Indonesia merayakan keberhasilan dalam pertumbuhan ekonomi, ternyata ada wajah-wajah yang mengharapkan perubahan dan mereka hanya meminta peluang," ucapnya.
Dia berharap agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan kesenjangan ini dengan penciptaan lapangan kerja yang lebih baik dan meningkatkan pelatihan keterampilan kerja.
"Pemerintah Indonesia harus menggunakan pajak dan anggaran belanja untuk mengurangi ketimpangan saat ini. Tingginya ketimpangan dapat dihindari agar tak menyebabkan konflik," tuturRodrigo.