Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Jamu Perlu Ditata Ulang

Pengusaha jamu nasional mengharapkan dukungan lebih konkrit dari pemerintah terkait dengan pengembangan industri, tidak sekadar dipermasalahkan dari segi kesehatan.
Presdir PT Njonja Meneer Charles Saerang/Jibi
Presdir PT Njonja Meneer Charles Saerang/Jibi

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha jamu nasional mengharapkan dukungan lebih konkrit dari pemerintah terkait dengan pengembangan industri, tidak sekadar dipermasalahkan dari segi kesehatan.

Charles Saerang, Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu), mengungkapkan industri jamu kini berada dalam situasi memprihatinkan, bahkan berada di ambang kemunduran.

Dia menjelaskan, industri jamu nasional perlu ditata ulang agar tetap bertahan.

Salah satu masalah penting adalah perihal pasokan bahan baku. Selama ini pasokan bahan baku jamu dikuasai trader dan mafia.

"Semua regulasi didekati dari masalah kesehatan, tetapi kurang didukung untuk pengembangan industri. Industri membutuhkan dukungan pemerintah untuk memperkuat industri dan logistik sehingga pasokan bahan baku tidak dikuasai mafia," ungkapnya.

Dia menjelaskan, budaya minum jamu mulai pudar, sehingga dikhawatirkan semakin tersingkir di era MEA ini.

Oleh karena itu, dia mengharapkan RUU Jamu segera disahkan dan memasukkan jamu dalam ranah industri, bukan lagi hanya kesehatan dan pariwisata.

"Jika kami masuk perindustrian, industri jamu bisa sangat berkembang. Saat ini potensi pasar senilai Rp27 triliun per tahun, bisa digenjot 10 kali lipat atau sebesar Rp300 triliun jika masuk perindustrian," ungkapnya.

Padahal, sambung Charles, pasar luar negeri menyukai produk Indonesia. PT Njonja Meneer, misalnya mengekspor sekitar 15 juta hingga 20 juta kapsul senilai Rp500 miliar per tahun.    

Dia menjelaskan, pada 30 September ini petani empon-empon mendapatkan dukungan dari BRI. Petani selama ini kesulitan dalam pengeringan komoditas.

"Ini proyek program untuk mendrong sehingga petani mudah menjual kepada pengusaha jamu. Modal kerja dibiayai BRI," ungkapnya.

Dalam hal ini, sambungnya, pengusaha jamu menjadi bapak angkat.

"Petani selama ini kurang didekati pengusaha dan perbankan. Petani butuh bantuan pemerintah dan bank."

Menurutnya, tanpa bantuan pemerintah, industri jamu nasional akan bergantung pada impor, misalnya kencur dan kunyit impor dari India.
 
Charles Saerang, cucu sekaligus Presiden Direktur PT Njonja Meneer, mengungkapkan pemberian gelar tanda kehormatan Satyalencana Kebudayaan kepada neneknya pada Jumat malam lalu dinilai sebagai perintis pengembangan jamu tradisional menjadi produk industrial sehat.

"Saya tentu sangat senang Njonja Meneer memperoleh penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari presiden. Ini akan memacu industri jamu untuk lebih berkembang," ujarnya.

Penghargaan itu, sambungnya, bisa menjadi pemicu semangat pelaku industri jamu yang kini berada dalam kondisi memprihatinkan. Jika tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, industri jamu Indonesia bakal hanya tinggal nama.

Dia menjelaskan sejumlah permasalahan kian mendera industri jamu nasional, seperti  masih maraknya jamu ilegal, produk obat jamu, serta semakin ketatnya aturan yang diberlakukan pemerintah terkait dengan isu kesehatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper