Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari oleh anggota OPEC kembali menunjukkan ketidakpastian setelah Irak dan Iran memberikan sinyal ketidaksepakatannya dengan detail perjanjian.
Dalam sidang OPEC yang akan berlangsung di Vienna, Austria pada Rabu (29/11/2016), rencananya menghasilkan perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dari posisi 33,82 juta bph pada Oktober.
Namun, sejumlah anggota kunci menunjukkan ketidaksepakatannya dari detail perjanjian tersebut dan sejumlah analis juga memperkirakan jika pertemuan tersebut akan gagal untuk mencapai kesepakatan, atau mungkin saha menghasilkan sebuah kesepakatan tetapi tidak dapat diimplementasikan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia, Ignasius Jonan mengatakan pihaknya tidak yakin jika OPEC akan mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi dalam pertemuan itu.
“Saya tidak tahu. Coba kita lihat. Feeling hari ini macam-macam,” katanya kepada jurnalis ketika ditanya soal prospek dari kesepakatan, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29/11/2016).
Usai komentar Jonan, tulis Reuters, harga minyak mentah Brent turun lebih dari 2%, mendekati US$47 per barel.
Sementara itu, Iran dan Irak konsisten menolak tekanan yang datang dari Arab Saudi untuk memangkas produksi minyak. Situasi ini membuat OPEC semakin sulit untuk mencapai pembatasan produksi secara global saat pertemuan yang bakal dilakukan pada Rabu (30/11/2016).
Sumber OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa pertemuan tersebut nampaknya gagal untuk menjembatani perbedaan antara pemimpin OPEC –Arab Saudi—dengan produsen terbesar kedua dan ketiga dunia, melalui mekanisme pemangkasan produksi.
“Kembalinya porsi Iran dalam pasar minyak dunia yang hilang adalah kehendak dan permintaan masyarakat Iran,” kata Menteri Perminyaakan Iran, Bijan Zangeneh, seperti dikutip dari Shana.
Beberapa waktu lalu, Arab Saudi menawarkan untuk memangkas produksinya sebanyak 500.000 bph, dan menyarankan Iran untuk membatasi produksinya di bawah 4 juta bph. Padahal, Iran menginginkan untuk bisa memproduksi minyak sebesar 4,2 juta bph.
Di sisi lain, Irak juga mendapatkan tekanan dan diminta untuk melakukan pembatasan produksi. Sementara, Irak memerlukan lebih banyak uang untuk memerangi grup militan ISIS.
Namun, argumen antara Irak dan Arab Saudi terutama berfokus pada apakah Irak harus menggunakan perkiraan produksi sendiri untuk membatasi produksi atau mengandalkan angka yang lebih rendah dari para ahli OPEC.
Sementara itu, analis Barclays mengatakan volatilitas harga minyak di pasar menjadi lebih tinggi di masa mendatang. Analis dari Goldmans Sachs menyarankan negosiasi yang intens diperlukan agar pertemuan pada Rabu bisa menyatukan kesepakatan.
Menurutnya, masih ada ketidaksepakatan di antara anggota OPEC terkait seberapa banyak pemangkasan produksi akan dilakukan. “Namun, jika OPEC menyetujui produksi dipotong menjadi 32,50 juta bph, harga minyak mentah kemungkinan akan naik ke US$50-an per barel,” kata analis Goldman.
Beberapa analis termasuk Morgan Stanley dan Macquarie mengatakan harga minyak akan menurun tajam jika OPEC gagal untuk mencapai kesepakatan, yang berpotensi akan menyentuh US$35 per barel.
OPEC Belum Sepakati Pemangkasan Produksi Minyak
Keputusan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari oleh anggota OPEC kembali menunjukkan ketidakpastian setelah Irak dan Iran memberikan sinyal ketidaksepakatannya dengan detail perjanjian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu