Bisnis.com, JAKARTA - Para peternak ayam broiler dan layer (petelur) berharap harga acuan live bird, karkas, dan telur di tingkat peternak dan konsumen segera terbit.
Peternak mengakui saat ini harga live bird dan telur di tingkat peternak mulai merangkak naik, dibanding saat harga jatuh pada Maret kemarin. Namun, mereka meyakini harga yang naik seiring besarnya permintaan menjelang puasa dan lebaran.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko khawatir harga live bird dan telur di tingkat peternak akan kembali jatuh setelah lebaran usai seiring daya beli yang menurun. Oleh karena itu, harga acuan produk unggas sangat dinantikan para peternak untuk menjaga harga live bird dan telur tetap stabil.
Singgih menyebut harga referensi penjualan yang disepakati diantaranya Rp18.000 per kg untuk live bird dan telur di tingkat peternak, serta Rp22.000 untuk telur dan Rp32.000 untuk karkas di tingkat konsumen. Harga acuan tersebut tertuang dalam draft revisi Permendag No. 63 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen
Peternak berharap pada harga acuan tersebut, karena sedikit di atas biaya pokok produksi liver bird dan telur yakni sekitar Rp17.500 per kg.
Harga live bird dan telur di tingkat peternak per 2 Mei 2017, masih belum merata. Di Jabodetabek dan Jawa Barat, harga live bird mendekati biaya produksi yakni Rp16.000 - Rp17.500 per kg. Sebaliknya, harga live bird masih rendah di Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni Rp14.000 - Rp14.500 dan Rp15.000 - Rp16.000.
"Semoga Mei bisa mendekati harga acuan yang direkomendasikan pemerintah, karena efek puasa dan lebaran," tuturnya ketika dihubungi Bisnis.com, Selasa (2/5/2017).
Selain berharap harga acuan segera terbit, Ketua Pinsar Petelur Lampung sekaligus ketua tim advokasi Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia Jenny Soelistiani meminta pemerintah memastikan ketersediaan jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak.
Jenny menyampaikan saat ini ketersediaan jagung langka dan mahal, meski pemerintah telah mengklaim produksi jagung mengalami surplus. Bahkan, para peternak harus berebut jagung dengan pabrik pakan ternak. Padahal jagung merupakan bahan baku utama yakni 50% dari komposisi pakan.
Saat ini, para peternak layer harus membeli jagung dengan harga Rp4.500 - Rp4.600 per kg, sementara harga telur Rp17.000 di tingkat peternak. Harga yang mulai merangkak naik ini tertolong karena puasa dan lebaran. Jenny pun khawatir harga akan kembali jatuh usai lebaran.
"Harga jagung Rp4.000 per kg tidak masalah jika harga telur di tingkat peternak Rp18.000. Pemerintah juga harus menjamin ketersediaan jagung, bukan malah tidak ada seperti saat ini," imbuhnya.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti menyampaikan saat ini revisi Permendag No. 63 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, tengah menunggu tanda tangan dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, setelah ditandatangani Menteri Perdagangan.