Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus mengupayakan perbaikan daya saing nasional yang menjadi pintu masuk untuk mengakses rantai pasok perdagangan nasional. Sektor konstruksi menjadi salah satu tumpuan dalam perbaikan ini.
Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusid Toyib mengatakan strategi dan kebijakan pembinaan sektor konstruksi yang tepat bisa meningkatkan produktivitas konstruksi dalam rangka mendorong daya saing.
Infrastruktur yang terintegrasi dan berkualitas, tuturnya, akan menunjang aspek konektivitas yang memudahkan pergerakan barang, jasa, dan manusia serta berdampak pada efisiensi biaya transportasi dan logistik.
Sebelumnya, World Economic Forum melansir Global Competitiveness Report (GCR) 2016-2017 yang menunjukkan daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60, naik dua setrip dari 2015-2016. Peringkat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Dengan adanya konektivitas, rakyat lebih terjamin keamanannya dan lebih meningkat kesejahteraannya, sebab dengan konektivitas seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kemudahan akses untuk memperoleh kebutuhan dasar," kata Yusid.
Pemerintah telah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi XV yang menyasar logistik. Tujuan dari paket kebijakan tersebut adalah untuk mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha dalam urusan arus barang.
Saat ini, sektor konstruksi tercatat menempati posisi ketiga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang 2016 dengan kontribusi 0,51% atau berada di bawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.
Bahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor konstruksi berkontribusi cukup signifikan sebesar 10,38% di dalam membentuk produk domestik bruto. Dengan daya saing yang semakin meningkat, Yusid meyakini investor akan datang untuk memacu penanaman modal.