Bisnis.com, JAKARTA— Pertemuan negara anggota Group of 20 (G20) di Hamburg akhir pekan ini diperkirakan bakal memunculkan sejumlah topik pembahasan yang menimbulkan pertentangan dan perbedaan pendapat dari setiap kepala negara. Salah satunya adalah topik perdagangan bebas.
Dalam topik ini, konstelasi di G20 setidaknya akan terpecah menjadi dua yakni para pemimpin yang pro-pasar terbuka dan kontra-pasar terbuka.
Di kubu pro-pasar terbuka dihuni oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden Brasil Michel Temer, Presiden Argentina Mauricio Macri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Adapun di kubu kontra-pasar terbuka hanya akan dihuni oleh Presiden AS Donald Trump.
Peta perbedaan pendapat itu setidaknya tercermin dari sikap masing-masing negara dan pemimpinnya selama ini:
Sumber: Bloomberg
Jerman: sebagai negara dengan ekspor terbesar di Eropa, Merkel selama ini terus menunjukkan agresivitasnya untuk mendorong setiap aksi perdagangan bebas dan globalisasi yang melibatkan Jerman.
Dia bahkan menjadi pengkritik keras rencana Trump untuk memberlakukan proteksi perdagangan. Di sisi lain dia juga aktif menjalin kerjasama baru di perdagangan bebas dengan negara-negara seperti China, India, dan Meksiko.
Inggris: Kebijakan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit) telah memunculkan persoalan baru, yakni tersingkirnya negara itu dari pasar bebas Uni Eropa. Kondisi itu berpeluang membuat Inggris ditinggalkan para pebisnis dan mereduksi ekspor nasional mereka. Tak heran jika May selama ini berusaha mendorong Inggris lebih terbuka dan memacu aktivitas perdagangan bebas.
Brasil: Negara ini telah merasakan bagaimana kebijakan proteksionisme telah gagal dilakukan sehingga sekarang terus membuka diri. Temer menginginkan dokumen terakhir G-20 untuk menekankan pentingnya peraturan perdagangan multilateral yang sesuai dengan kesepakatan yang ada di WTO.
Argentina: Negara ini baru saja masuk kembali ke pasar modal setelah 15 tahun terisolasi. Guna mendukung langkah itu Macri sangat gencar memperkuat hubungan dagang dengan berbagai negara. Dia mengunjungi China, Jepang, Jerman dan Davos, semuanya atas nama bisnis, dan telah menyatakan keinginan untuk melakukan lebih banyak kesepakatan bilateral dengan atau tanpa blok perdagangan regional.
Amerika Serikat: Trump berkali-kali menuding konsep pedagangan bebas dan pembentukan paka perdagangan bebas dengan negara lain telah melukai ekonomi nasional. Dalam sejumlah kampanyenya, dia bahkan berencana memberlakukan kebijakan proteksi perdagangan, terutama kepada negara-negara yang memiliki surplus dagang besar dengan AS.
Dalam sejumlah pertemuan internasional, Trump juga seakan menghindar dari tudingan sebagai pelopor proteksi perdagangan. Dia berkelit bahwa rencana kebijakannya itu hanya digunakan untuk melindungi negaranya.