Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog mulai melakukan penjualan jagung eks impor ke Gabungan Perusahaan Makanan Ternak, yang sebelumnya hanya terbatas untuk peternak UMKM sesuai hasil Rapat Koordinasi Terbatas 2016.
Pada pertengahan Juni kemarin, stok jagung eks impor di gudang Bulog tersisa 62.900 ton. Direktur Komersial Bulog Febriyanto menyebut, sisa stok di gudang per 10 Juli sebesar 52.993 ton.
Sisa stok ini tersebar di gudang Jawa Timur sebesar 7.094 ton, Jawa Tengah sebesar 4.483 ton, DKI Jakarta 40.687 ton, dan Lampung 727 ton.
"Target kami bulan ini harus habis terjual. Kami akan melakukan penjualan ke pabrik pakan ternak (GPMT)," tuturnya, Selasa (11/7).
Penjualan ke pabrik pakan dilakukan untuk menghindari potensi kerugian yang lebih besar. Bulog berpotensi rugi sekitar Rp240 miliar, jika jagung tidak habis terjual.
Febriyanto menyampaikan, saat ini jagung sudah mulai turun mutu. Jika harus menunggu hingga Agustus mendatang, maka kualitas jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak makin menurun.
Jika pun masih dapat terjual, maka harus dipilah untuk memperoleh jagung dengan kualitas baik. Tentu ini akan menambah ongkos produksi bagi Bulog. Sementara, mengandalkan penjualan ke peternak UMKM juga sulit.
Meski mulai menjual ke pabrik pakan, Bulog tetap membuka peluang bagi peternak UMKM. Febri menambahkan, sejak awal Bulog menginginkan menjual jagung eks impor ke pabrik pakan. Namun, upaya ini terkendala hasil Rakortas yang menginstruksikan penjualan jagung eks impor hanya bagi peternak UMKM.
"Namun, sekarang kami tidak memiliki pilihan. Kami harus menjual ke pabrik pakan juga yang tergabung dalam GPMT. Dan mereka bersedia," imbuhnya.