Bisnis.com, JAKARTA—China Second Design Institute of Chemical Industry (Sedin) dapat memulai pembangunan pabrik gasifikasi batu bara pada 2019.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyebukan pihaknya berharap pabrik gasifikasi batu bara dapat diselesaikan secepatnya. Jika tahun ini Sedin sudah mendapat mitra lokal dan perjanjian kerja sama dapat diselesaikan pada tahun depan, pembangunan pabrik dapat dimulai pada 2019. Diproyeksikan pabrik tersebut bisa rampung 2 tahun kemudian.
Terkait dengan rencana lokasi pembangunan pabrik gasifikasi batu bara, Sedin mencari daerah yang memiliki tambang batu bara karena pengolahan batu bara menjadi gas ini harus dilakukan di mulut tambang. Apabila letak pabrik gasifikasi batu bara jauh dari tambang, proyek tidak lagi efisien karena perusahaan harus menanggung biaya angkut.
Kemenperin mengajak badan usaha milik negara (BUMN) pupuk untuk ikut menjadi partner lokal dalam proyek tersebut. Hal ini bertujuan supaya nantinya BUMN bisa menerapkan teknologi yang sama di beberapa sumber batu bara di Indonesia.
Menurut Sigit, dengan adanya pabrik gasifikasi batu bara, industri petrokimia bisa mendapatkan bahan baku gas dengan harga yang lebih rendah dari harga saat ini, yakni di kisaran US$7 hingga US$8 per mmbtu. Dengan hitungan harga batu bara low rank US$20 per ton, industri bisa mendapat gas seharga US$3 hingga US$4 per MMbtu.
“Ini bakal menjadi alternatif sumber gas dan bisa menekan biaya produksi, makanya indutri pupuk sangat tertarik dan gas ini bisa dipakai seluruh industri petrokimia seluruhnya, sampai hilir,” ujar Sigit.