Bisnis.com, JAKARTA - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia berencana melayani penerbangan komersial di jalur udara Jawa selatan mulai pukul 14.00 waktu setempat sampai dengan 06.00 WIB.
Direktur Utama Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/AirNav Indonesia) Novie Riyanto mengatakan penerbangan sipil di jalur udara (airways) Jawa selatan ditargetkan beroperasi pada 12 Oktober 2017.
"Penerbangan sipil diperbolehkan terbang dari 14.00 sampai dengan 06.00 waktu setempat. Apabila ada kepentingan militer pada waktu tersebut, maka kami akan menutup penerbangan komersial untuk sementara waktu," katanya di Jakarta pada Selasa (29/8/2017).
Novie menambahkan jasa navigasi untuk jalur Jawa selatan juga bakal dilayani melalui satelit atau berbasis performance based navigation (PBN). Dengan layanan berbasis satelit itu, AirNav akan melayani navigasi pesawat secara lebih akurat.
Untuk memuluskan rencana pengoperasian jalur Jawa selatan, lanjutnya, AirNav akan terus berbenah. Selain kesiapan fasilitas dan SDM, AirNav juga menyiapkan prosedur dan koordinasi antara unit layanan navigasi penerbangan menjadi lebih baik lagi.
Salah satu cara yang akan dilakukan yakni membuat Air Traffic Services Letter of Coordination Agreement (ATS LOCA) antara Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) dengan Makassar Air Traffic Service Center (MATSC).
"Kami sedang update SOP [standard operation procedure/prosedur standar operasi] untuk melayani jalur ini. Setelah ATS LOCA dan update SOP selesai, sosialisasi akan kami lakukan kepada seluruh personil navigasi penerbangan," tutur Novie.
Dia mengungkapkan dibukanya jalur udara baru bertujuan untuk mendukung rencana pemerintah yang ingin mengaktifkan sejumlah bandara di Jawa selatan, seperti Bandara Purwokerto, Bandara Wiriadinata, Bandara Tunggul Wulung dan Bandara Kulon Progo.
Tak hanya itu, keberadaan jalur udara di Jawa selatan juga diklaim membuka peluang adanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, di mana selama ini belum tergarap dengan baik akibat masih minimnya aksesbilitas, khususnya transportasi udara.
"Selain menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar bandara yang frekuensi penerbangannya meningkat, kami juga berharap keberadaan rute Jawa selatan dapat mengurai kepadatan lalu lintas penerbangan di jalur Jawa utara," ujarnya.
Sekadar catatan, AirNav Indonesia telah mempublikasikan jalur udara baru ke seluruh stakeholder penerbangan, baik domestik maupun internasional pada 17 Agustus 2017. Nanti, jalur udara di Jawa selatan akan berjarak 75 mil dari Madiun.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengapresiasi langkah AirNav membuka jalur penerbangan domestik di Jawa selatan. Menurutnya, hal itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurai kepadatan penerbangan di Jawa utara.
"Selama ini jalur Jawa selatan hanya digunakan untuk penerbangan militer. Melalui konsep FUA [flexible used of airspace], kami akan terus berkolaborasi antara sipil dengan militer. Trial sudah dilakukan beberapa kali dan berjalan baik," katanya.
Menhub juga mengapresiasi dukungan TNI AU dalam mewujudkan konsep FUA itu. Dia berharap kerja sama antara AirNav dengan TNI AU dapat meningkatkan pertumbuhan penerbangan sipil, tanpa meninggalkan kepentingan militer.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menilai keberadaan jalur udara baru tersebut berpotensi memberikan efisiensi bagi operasional maskapai. Hal itu dikarenakan ruang udara di Jawa selatan masih terbuka lebar.
"Jalur penerbangan di Jawa utara itu sudah sampai empat lapis. Nah, kalau di Jawa selatan kan masih sepi. Mungkin akan dua lapis saja, sehingga operasional maskapai juga lebih efisien karena tidak perlu terbang tinggi," tuturnya.