Bisnis.com, TANGERANG - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF Aero Asia) berhasil membukukan pendapatan US$310,5 juta pada kuartal ketiga tahun ini.
Direktur Utama GMF Aero Asia Iwan Joeniarto mengatakan angka ini melampaui target pendapatan kuartal ketiga yaitu US$304,4 juta atau sebesar 102% dari proyeksi awal. Dia mengatakan pendapatan ini tumbuh 15% dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun lalu.
Dia mengaku GMF Aero Asia tengah meningkatkan volume pekerjaan engine maintenance dan component maintenance agar GMF masuk sebagai top 10 perusahaan maintenance, repair, and overhaul (MRO) di dunia.
“Pada 2016 posisi kita sudah di peringkat 16. Kita sudah perhitungkan supaya bisa masuk ke 10 besar, artinya pendapatan kita harus mencapai US$1 miliar, sementara angka kita US$380 juta dari target US$434 juta,” ungkap Iwan di kantor GMF Aero Asia, Cengkareng, Rabu (25/10).
Dia menambahkan perusahaan masih akan menyusun strategi untuk menambah kapabilitas guna menarik investor masuk. Targetnya, kata Iwan, pada 2021 GMF sudah bisa masuk sebagai top 10 perusahaan MRO di dunia.
“Ini masih dalam proses dibantu dengan international financial advisor untuk membidik investor yang cocok,” kata Iwan.
Selain itu, pencapaian lain GMF adalah laba bersih tahun ini yang sesuai dengan target yakni US$38,1 juta atau meningkat 8,9% dibandingkan dengan tahun lalu yang US$35 juta. Adapun persentase pendapatan kuartal ketiga adalah 73,2% dari target keseluruhan pada akhir 2017, sebesar US$424 juta.
Iwan menuturkan saat ini GMF sudah bekerja sama dengan banyak maskapai dalam negeri ataupun luar negeri untuk merawat pesawat-pesawat. Dia menyebut ada 170 klien maskapai yang merawat pesawatnya di GMF Aero Asia. Total 170 maskapai itu berasal dari lima benua di seluruh dunia.
“Paling banyak dari Asia, Korea [Selatan] dan Vietnam sepeti Viet Jet yang akan masuk ke Indonesia itu perawatannya di GMF. Ada juga Air Atlanta, dan beberapa dari Timur Tengah,” tuturnya.
Sebelumnya, GMF Aero Asia juga menginformasikan dana yang diperoleh perseroan pasca initial public offering (IPO). Total dana yang berhasil dikumpulkan dari aksi korporasi ini senilai US$83,5 juta (Rp1,129 triliun). Nantinya, 60% dana ini akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi perusahaan, 25% untuk modal kerja, dan sisanya 15% untuk refinancing.
Pada tahun ini alokasi dana IPO untuk pembiayaan modal kerja dan refinancing, serta sebagian untuk belanja modal. Pada 2018 mendatang, dana IPO akan dikonsentrasikan untuk belanja modal dalam rangka pengembangan kapabilitas, kapasitas, dan inisiatif inorganic perseroan.
Komposisi investor datang dari investor institusi maupun perorangan baik lokal maupun asing. Dengan kondisi ini, kepemilikan saham GMF oleh induk usaha yang smeula sebesar 99% berubah menjadi 89,1%. Sedangkan Aerowisata yang memiliki 1% saham GMF menjadi 0,9% dan sisanya dimiliki publik.