Bisnis.com,JAKARTA — Pemerintah dan para pemangku kepentingan komoditas lada diharapkan berkumpul untuk mencari solusi di tengah penurunan harga.
Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Komunikasi dan Informasi, Muhammad Abduh meminta kepada para eksportir untuk berkumpul dan mencari solusi di tengah penurunan harga lada. Saat ini, harga lada tertekan ke tingkat Rp50.000 per kilogram (kg) setelah sebelumnya mencapai Rp150.000 per kg pada 2015.
“Masalah harga memang berat, salah satu solusi pemerintah dapat berkumpul dengan para eksportir. Kalau perlu barangnya ditahan [supaya tidak kelebihan pasokan],” ujarnya di Kementerian Perdagangan, Senin (13/11/2017).
Abduh menjelaskan saat ini juga terjadi disparitas harga penjualan lada di tingkat petani dan ritel modern. Dia mencontohkan harga jual lada di salah satu gerai toko modern menembus Rp330.000 per kg meski di tingkat petani hanya berkisar Rp50.000 kg.
Pihaknya berharap pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dapat menelusuri penyebab perbedaan harga yang jauh antara ritel dan petani. Salah satunya dengan menelusuri rantai distribusi komoditas tersebut.
Di sisi lain, Abduh menyebut saat ini Indonesia masih menjadi produsen terbesar ke-2 dengan kapasitas produksi per tahun mencapai 80.000 ton. Sementara, posisi teratas diduduki Vietnam dengan volume berkisar antara 150.000 ton hingga 160.000 ton per tahun.
Kendati demikian, dia meyakini terdapat peluang Indonesia merebut pasar Vietnam. “Produksi Vietnam banyak yang terindikasi memakai pupuk anorganik sehingga banyak negara tujuan ekspor yang tidak mau,” jelasnya.