Bisnis.com, DENPASAR -- Petani garam di Amed Karangasem memilih tidak melakukan panen selama 4 bulan dari Juli-Agustus lantaran musim penghujan.
Ketua Kelompok Petani Garam di Amed Karangasem Nengah Suanda mengatakan petani garam di wilayahnya telah memilih tidak melakukan panen garam sejak Juli hingga November ini.
Petani garam masih menunggu kondisi cuaca memadai sebelum melakukan produksi.
"Petani memilih untuk tidak panen dan beralih profesi lain seperti buruh bangunan, tetapi memang pekerjaan ini mereka lakukan walaupun sedang melakukan produksi karena waktu produksi sebentar ya cuma 3 jam dalam sehari saja," katanya, Rabu (15/11/2017).
Walaupun tidak melakukan panen, namun pihaknya tetap mampu menjual garam ke pengepul lantaran masih adanya stok tahun lalu. Kata dia, petani garam memang selalu menjual hasil panen pada tahun depannya.
"Jadi garam masih cukup," katanya.
Baca Juga
Kata dia, produksi baru akan dilakukan akhir November 2017.
Sementara, biasanya panen garam dilakukan petani setiap 4 hari sekali. Satu kali panen bisa menghasilkan 60 kg garam, smeentara dalam sebulan bisa menghasilkan sekitar 300 kg garam.
Jumlah tersebut kemudian dijual ke pengepul, yang harganya Rp30.000 sampai Rp35.000 per kg.
Sementara, lantaran memilih tidak melakukan panen selama 4 bulan, kerugian yang dialami masing-masing petani bisa mencapai Rp6 juta selama 4 bulan tersebut.
"Kami sudah hiung-htung kalau 4 bulan tidak panen karena masih ad stok," sebutnya.
Sementara, garam yang dihasilkan petani garam di wilayah Amed Karangasem merupakan garam dengan kualitas tinggi yakni di atas standar nasional.
Namun, belum mampu diekspor lantaran jumlah produksi yang belum mencukupi untuk permintaan luar negeri.
Saat ini, masing-masing petani garam memiliki lahan seluas 300 meter kubik yang mampu menghasilkan 60kg garam per sekali panen.