Bisnis.com, BOGOR –Industri peternakan nasional pada tahun depan diprediksi menghadapi sejumlah tantangan, baik dari potensi masuknya produk impor maupun regulasi pemerintah.
Erwidodo, mantan Duta Besar RI untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengatakan beberapa tantangan di sektor peternakan adalah daya saing yang masih rendah mencakup biaya produksi yang masih tinggi, produktivitas masih rendah, dan biaya logistik yang lebih tinggi.
“Kebijakan peternakan dan investasi juga masih berorientasi memenuhi kebutuham pasar domestik. Ini yang membuat kita tidak siap menghadapi persaingan global,” katanya dalam Seminar Nasional Bisnis Peternakan, Rabu (22/11/2017).
Padahal, tambahnya, dalam menghadapi tantangan kuncinya adalah daya saing. Maka dari itu, pemerintah melalui kebijakannya harus meningkatkan daya saing itu.
Salah satu tantangan yang digarisbawahi Erwidodo adalah kemenangan Brasil di WTO. Putusan final kasus sengketa Indonesia –Brazil (DS484) telah disirkulasikan oleh Panel WTO pada 17 Oktober 2017.
Pada kasus tersebut, Brazil mengajukan 9 gugatan terhadap ketentuan kebijakan Indonesia tentang importasi produk hewan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Peternakan Nasional ( Sekjen Depernas) Ade M Zulkarnain khawatir kemenangan beberapa poin gugatan Brasil di forum World Trade Organization (WTO) membuka peluang masuknya serbuan daging ayam dari Brasil, sehingga dapat membunuh industri perunggasan di dalam negeri.
Terkait kekhawatiran masuknya impor daging ayam dari Brasil ini, Erwidodo berusaha menenangkan para pelaku industri. “Terkait kemenangam Brasil, masih ada instrumen lain yang dapat melindungi produk lokal yakni aspek kehalalan.”