Bisnis.com, JAKARTA—Produk ternak unggas lokal siap menembus pasar Malaysia pada kuartal I/2018, setelah adanya kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia. Saat ini, Malaysia membutuhkan sedikitnya 30.000 DOC ayam lokal per bulan dan 10.000 DOD per bulan untuk jenis bebek petelur.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan kepastian diterimanya ternak ayam dan itik lokal diperoleh setelah pemerintah bertemu dengan Direktur Jenderal Veteriner Malaysia, Dato' Quaza di Putrajaya, Malaysia, di sela-sela Konferensi OIE ke-30. Saat ini, masing-masing perusahaan peternakan masih menghitung volume ekspor dan jenisnya.
Sebelumnya, Pemerintah Malaysia telah meninjau sarana peternakan ayam dan itik lokal yang telah memenuhi persyaratan good breeding practice, serta memiliki sertifikat kompartemen bebas Alvian Influenza sesuai ketentuan Badan Kesehatan Hewan Dunia. Terkait dengan jaminan kesehatan hewan, pemerintah telah mengeluarkan tiga sertifikat kompartemen bebas AI untuk unggas lokal yakni dua sertifikat untuk ayam dan satu sertifikat untuk itik yang berlokasi di Bogor dan Purwakarta.
Diarmita mengatakan selama ini ternak unggas lokal telah dikenal karena merupakan salah satu pusat domestikasi ayam dunia selain China dan kawasan Lembah Hundus. Namun, karena pola usahanya yang masih tradisional mengakibatkan pengembangan usahanya terhambat.
"Pemerintah terus memperkuat sistem kompartemen AI agar unggas dan produk unggas dalam negeri dapat bersaing di pasar internasional, kususnya Asean dan Jepang," kata dia melalui pesan singkat pada Selasa (21/11).
Selain menggarap pasar ayam lokal dan itik lokal di Malaysia, pemerintah juga menjajaki ekspor daging sapi. Diarmita mengatakan Malaysia berminat untuk impor daging sapi. Daging sapi ini merupakan kualitas premium yang berasal dari peternakan di Lampung.