Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan permasalah perunggasan di Indonesia salah satunya karena manajemen pemeliharaan masih lemah.
Dikutip dari laman resmi Ditjen PKH Kementerian Pertanian pada Senin (1/1/2017), Diarmita menyampaikan lonjakan harga telur yang terjadi di sejumlah daerah pada Natal dan Tahun Baru 2018, tidak semata disebabkan infeksi H9N2 sehingga mengganggu produksi telur di tingkat peternak.
Namun, gangguan produksi telur juga dapat disebabkan praktek pemeliharaan yang kurang baik seperti kualitas pakan, sirkulasi udara, sistem perkandangan dan perhatian terhadap penerapan biosekuriti di kandang masih minim.
Diarmita menjelaskan virus flu burung H9N2 terdeteksi pada awal 2017 melalui surveilans yang dilakukan oleh Balai Veteriner Kementerian Pertanian di sejumlah daerah seperti Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta.
Virus H9N2 merupakan jenis virus flu burung yang bersifat Low Patogenic Avian Influenza, meskipun tidak mematikan tetapi dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh unggas dan kerusakan pada beberapa organ. "Karena dapat menurunkan kekebalan tubuh unggas, maka ketika infeksinya bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti Newcastle Disease (ND) atau lebih dikenal dengan Tetelo, Infectious Bronchitis (IB) dan Egg Drop Syndrome (EDS), dapat mengakibatkan turunnya produksi telur," imbuhnya.
Pemerintah berupaya maksimal menekan kasus H9N2 dengan segera memproduksi vaksin. Namun, proses produksi vaksin H9N2 memerlukan waktu yang cukup lama terutama untuk isolasi dan purifikasi virus.
Saat ini proses produksi vaksin telah sampai pada tahap pengujian mutu dan keamanan di Pusvetma, yang dilanjutkan di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Proses ini perlu dilakukan guna memastikan vaksin yang akan diproduksi aman dan berkualitas ketika akan didistribusikan kepada masyarakat.
Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menyampaikan pengendalian infeksi H9N2 tidak saja dilakukan melalui vaksinasi. Namun, pencegahan dan pengendalian virus H9N2 juga dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti yang ketat, perbaikan mutu pakan, pemberian vitamin dan immunostimulan.