Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara ekonomi maju di kawasan Asia Timur dan Pasifik, seperti Jepang, China, Korea Selatan, dan Singapura membelanjakan sebagian besar anggaran negaranya untuk pendidikan dasar. Investasi publik yang solid di awal seperti itu terbukti berhasil memberikan landasan kuat untuk sistem pendidikan jenjang berikutnya.
Menurut laporan Bank Dunia yang berjudul Tumbuh Lebih Cerdas: Pembelajaran dan Pembangunan yang Adil di Asia Timur dan Pasifik, yang dirilis pada Kamis (15/3/2018), Singapura yang menghabiskan sepertiga anggaran nasional untuk pendidikan pada 1952 kini hanya memberikan porsi seperlimanya.Adapun penyebabnya adalah pendapatan Negara Singa terdongkrak dengan hadirnya pasar pekerja yang berkualitas dan mendapatkan upah yang lebih baik.
Sementara di Korea Selatan, sebanyak 14,3% dari total anggaran pada 1963 dialokasikan untuk pendidikan dan kemudian belanja meningkat menjadi 20,4% pada 2000 sebelum akhirnya turun menjadi 12,8% pada 2013.
Pada 1955, Jepang telah mengalokasikan 14,5% dari belanja pemerintah untuk pendidikan dan bertahan hingga 30 tahun berikutnya, sebelum turun menjadi 8,13%-9,3% pada 2009-2013. Laporan ini berpendapat bahwa perbaikan pendidikan diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik di dalam pernyataannya mengutarakan bahwa pendidikan berkualitas tinggi untuk semua anak sama dengan memperkuat fondasi ekonomi.
“Penyediaan pendidikan untuk semua anak, terlepas dari di mana mereka dilahirkan, bukan hanya hal yang tepat untuk dilakukan. Tapi juga merupakan fondasi ekonomi yang kuat dan cara terbaik untuk menghentikan dan membalikkan ketimpangan yang meningkat,” tulisnya seperti dikutip, Kamis (15/3).
Baca Juga
Lebih lanjut, di dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik telah melaju sejak 1960. Sepanjang periode 1960-2015, perekonomian kawasan ini tumbuh lebih dari dua kali lipat sebanyak 7,2% dibandingkan rata-rata pertumbuhan dunia di level 3,5%.
Bahkan, tanpa memperhitungkan pertumbuhan China yang spektakuler, negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap tumbuh 2 poin persen dibandingkan rata-rata pertumbuhan dunia selama setengah abad.
“Tidak ada kawasan berpenghasilan rendah atau menengah lainnya yang dapat mendekati catatan pertumbuhan yang stabil, cepat, dan dalam jangka panjang seperti kawasan Asia Timur dan Pasifik,” tulis laporan Bank Dunia tersebut.
Adapun, dalam laporan tersebut, investasi dari negara untuk bidang pendidikan juga perlu diberikan lebih lantaran hasilnya akan tampak di semua tingkat, mulai dari pendidikan hingga pendapatan nantinya.
“Penduduk pedesaan yang pernah mengenyam pendidikan meskipun hanya terbatas pada beberapa tahun di sekolah dasar secara konsisten memiliki tingkat produktifvitas dan penghasilan yang lebih tinggi dari tetangga mereka yang kurang berpendidikan,” tulis laporan itu.
Laporan Bank Dunia ini juga menyarankan agar negara-negara yang bertujuan membangun kekuatan SDM untuk pertumbuhan ekonomi harus memprioritaskan belanja anggaran negara untuk pendidikan dasar.
“Sebelum menghabiskan lebih banyak anggaran untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, lebih baik menyediakan pendidikan berkualitas dan universal dulu pada level dasar,”tulis laporan tersebut.
Secara historis, kebanyakan negara yang lebih kaya umumnya mengalokasikan lebih banyak untuk tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sementara Indonesia, yang menganggarkan sebesar 20% APBN untuk pendidikan lebih banyak menyalurkan untuk pendidikan menengah.
“Meskipun Indonesia embuat kemajuan yang mengagumkan, tetapi sistem saat ini masih belum cukup untuk mendukung pasar pekerja. Indonesia sebaiknya tidak hanya berinvestasi lewat aset, tetapi juga di pemberdayaan SDM-nya,” ujar Camila Holmemo, Program Lead Human Development World Bank Indonesia, di Jakarta.
Adapun peluncuran laporan Bank Dunia ini merupakan rangkaian dari Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali pada 12-14 Oktober 2018.