Bisnis.com, JAKARTA—Ekspor baja Indonesia menyusut 19,17% pada Februari 2018 dibandingkan dengan ekspor pada Januari 2018.
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor baja Indonesia mencapai US$322,9 juta pada Februari 2018. Nilai ekspor ini merosot dibandingkan dengan Januari 2018 yang mencapai US$399,4 juta.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan persaingan pasar ekspor baja dunia sangat ketat. Saat ini terdapat sejumlah negara dengan kapasitas produksi yang sudah berlebihan dan memicu perang harga.
"Bisa jadi pasar internasional sudah dikuasai negara yang kapasitasnya excessive dan harganya unfair," kata Hidayat, Minggu (18/3/2018).
Melihat data statistik ekspor baja nasional, salah satu strategi yang dapat diambil adalah dengan mengalihkan produksi yang awalnya direncanakan untuk ekspor ke pasar di dalam negeri.
"[Dengan penurunan ekspor maka] switching ke pasar lokal yang juga masih dikuasai [produk baja impor] sekitar 30% dari total konsumsi. Saat ini konsumsi baja sekitar 13 juta-14 juta ton," katanya.
Hidayat berharap pengetatan impor dapat mendorong penggunaan produk dari produsen baja lokal.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menuturkan penurunan ekspor baja bukan karena rencana kenaikan bea masuk di Amerika Serikat. Tujuan ekspor baja Indonesia saat ini banyak mengarah ke pasar Asia dan Afrika.
"Pasar Amerika kecil sekali, sehingga kita tidak terdampak langsung," katanya.