Bisnis.com, JAKARTA - Laporan terbaru Asian Development Bank (ADB) bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2018 memperkirakan produk domestik bruto (PDB) kawasan Asia Pasifik akan mencapai 6,0% pada tahun ini, turun sedikit dari perkiraan sebelumnya di level 6,1%. Adapun tahun depan, PDB kawasan ini pun terus melambat menjadi 5,9%.
Sona Shrestha, Wakil Kepala Perwakilan Asian Development Bank (ADB) Indonesia, mengatakan bahwa outlook perekonomian untuk kawasan Asia-Pasifik secara umum berada di posisi yang baik.
"Kuatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik didukung oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperi Amerika Serikat, Zona Euro, dan Jepang. Ketiganya bersama-sama akan tumbuh 2,3% pada tahun ini sebelum melambat ke 2,0% pada tahun depan," ujarnya dalam acara konferensi pers peluncuran laporan Asian Development Outlook 2018 tersebut hari ini, Rabu (11/4/2018).
Dia melanjutkan, pemotongan pajak di AS akan mendorong pertumbuhan di Negeri Paman Sam seiring upaya The Fed menjaga tingkat inflasi untuk pengetatan kebijakan moneter. Sementara, ekonomi di Eropa dan Jepang semakin diuntungkan karena meningkatnya keyakinan usaha dan longgarnya kebijakan moneter.
Yasuyuki Sawasa, Kepala Ekonom ADB, menambahkan perekonomian di negara-negara Asia akan mempertahankan laju momentum pertumbuhannya juga didukung oleh kebijakan yang baik, ekspor yang meningkat, dan permintaan domestik yang kuat.
"Menguatnya hubungan dagang regional dan meningkatnya penopang keuangan di kawasan Asia-Pasifik dapat menjadi kekuatan untuk membendung potensi guncangan dari faktor eksternal, termasuk risiko ketegangan perdagangan dan arus modal keluar yang cepat," katanya di dalam pernyataan resmi.
Sementara itu, kawasan Asia Tenggara juga masih akan diuntungkan dari meningkatnya perdagangan global dan harga komoditas. ADB memperkirakan, kawasan Asia Tenggara dapat mempertahankan laju pertumbuhannya pada tahun lalu di level 5,2% untuk tahun ini dan tahun depan.
Laporan itu memperlihatkan, kuatnya investasi dan konsumsi domestik akan membantu menaikkan pertumbuhan di Indonesia, Filipina, dan Thailand, sementara ekspansi industri akan mendukung pertumbuhan ekonomi di Vietnam.
Adapun, Sona melanjutkan, kendati outlook perekonomian negara-negara di kawasan Asia-Pasifik masih sangat memuaskan dan dapat memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk lebih menaikkan reformasi struktural, kenaikan suku bunga di beberapa negara ekonomi maju, potensi keluarnya arus modal dari kawasan Asia-Pasifik, dan kenaikan utang swasta masih menjadi perhatian di sejumlah negara-negara berkembang di Asia.
"Dampak dari tensi perang dagang masih terlalu dini untuk dinilai sekarang. Tentu saja jika benar-benar terjadi perang dagang, hal itu juga dapat mempengaruhi perekonomian global dan kawasan Asia-Tenggara," imbuhnya. (Dwi Nicken Tari)