Bisnis.com, JAKARTA - Compact Indonesia, program kerja sama pembangunan antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi, telah mencapai tahap akhir pelaksanaan.
Setelah lima tahun dilaksanakan, Compact Indonesia telah merampungkan model penanganan stunting, mengurangi emisi gas rumah sebanyak 1 juta metrik ton dan membantu sistem tata kelola pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menuturkan Compact Indonesia telah berkontribusi pada prioritas nasional dalam tiga sektor utama, yakni Kemakmuran Hijau, Pencegahan Stunting, dan Modernisasi Pengadaan serta melahirkan sejumlah inovasi pembangunan.
“Keberhasilan Compact Indonesia terlihat dari berbagai proyek yang telah terintegrasi di dalam Prioritas Nasional,” ujar Bambang dalam acara penutupan Compact Indonesia di Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Bambang menambahkan nilai strategis dan inovasi yang telah dihasilkan Compact Indonesia akan dilanjutkan oleh pemerintah dan mitra pembangunan lainnya.
Sejauh ini, Compact Indonesia telah mengembangkan model penanganan stunting yang mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat, penguatan pelayanan kesehatan, dan kampanye perubahan perilaku untuk mendukung target nasional penurunan prevalensi stunting menjadi 28% pada tahun 2019.
Melalui Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGBM), Compact menjangkau 2 juta balita di 11 provinsi, 64 kabupaten, dan 5.700 desa.
Bahkan, Bappenas mencatat lebih dari 30.000 tenaga kesehatan telah terlatih untuk gizi, sanitasi, dan monitoring-evaluasi. Selain itu, Compact Indonesia telah melakukan kampanye gizi nasional telah menjangkau lebih dari 48 juta orang.
Compact Indonesia telah berhasil menguatkan komitmen pemerintah dari tingkat desa hingga pimpinan tertinggi negara untuk bekerja bersama lintas sektor demi menangani stunting.
Investasi Compact Indonesia melalui Proyek Kemakmuran Hijau juga telah berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 1 juta metrik ton per tahun, sejalan dengan Rencana Aksi Nasional-Penurunan Gas Rumah Kaca.
Ini dicapai melalui berbagai upaya, yaitu pengembangan energi terbarukan total 12,3 MW di 11 provinsi, restorasi 16.580 hektar lahan gambut, pertanian berkelanjutan melibatkan 121.143 petani, penanaman 2 juta pohon dan tata guna lahan partisipatif di 40 kabupaten dalam kerangka Kebijakan Satu Peta.
Beragam inovasi telah dihasilkan, antara lain kemitraan masyarakat dan swasta dalam mengelola perusahaan listrik desa. Seluruh pengetahuan proyek ini dihimpun dan dibagi kepada para pemangku kepentingan sebagai referensi pembangunan hijau.
Melalui proyek modernisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah, Compact Indonesia mendukung agenda reformasi pengadaan pemerintah.
Menurut Bambang, proyek ini telah mengembangkan kapasitas 1.590 profesional pengadaan, memperkuat kelembagaan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di mana 43 ULP telah menjadi permanen dan 30 di antaranya mencapai tahap Centre of Excellence, penghematan Rp 30,3 miliar melalui kontrak katalog, serta membangun Sistem Manajemen Informasi Pengadaan (PMIS) yang telah diadopsi ULP dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
“Proyek ini merupakan investasi terbesar pemerintah Indonesia dalam upaya mereformasi pengadaan pemerintah agar lebih transparan, akuntabel, dan profesional,” tegas Bambang.
Wakil Presiden dan Sekretaris Dewan Millennium Challenge Corporation (MCC), Jeanne Hauch yang datang ke Indonesia untuk serangkaian acara penutupan Hibah Compact turut bangga atas capaian yang dihasilkan.
“Kemitraan MCC dengan Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan berbagai model dan sistem baru yang dikembangkan dengan menyesuaikan kebutuhan Pemerintah dan rakyat Indonesia– dan kami senang dapat melihat secara langsung hasil dari kerja sama ini,” kata Jeanne.
Ke depannya, MCC tidak sabar melihat bagaimana masyarakat Indonesia melanjutkan kesuksesan ini.