Bisnis.com, Jakarta - Kementerian Pertanian menyatakan kenaikan harga jagung saat ini terjadi karena lokasi panen jagung dan industri pengguna berjauhan sehingga biaya logistik tinggi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan Gatot Irianto menjelaskan bahwa produksi jagung tidak terkumpul di Pulau Jawa. Sementara konsumen jagung terbesar (peternakan ayam) ada di Jawa. Di Pulau Jawa, sambung Gatot, karena akses jalannya bagus penjualannya menjadi baik. Saat permintaan naik, harga pun jadi naik.
“Sementara ada juga jagung di Tojo Una-una Sulawesi Tengah, menghampar luas tapi infrastruktur jalannya belum baik. Maka harganya tidak sebagus di Jawa. Juga ada di Sulawesi Tenggara”, kata Gatot Senin (1/10/2018).
Maka ia menegaskan harga jagung naik sekarang bukan karena ketersediaannya, tetapi karena aksesibilitasnya. “Harga naik sekarang semata karena permintaannya yang tinggi. Jagung tersedia tapi tidak terjangkau karena lokasinya dan ini bukan wilayahnya Ditjen Tanaman Pangan," jelasnya.
Adapun, rata-rata perkembangan harga jagung pipilan kering di tingkat petani sejak Januari sampai September 2108 cenderung meningkat. Harga tertinggi terjadi pada September yakni sebesar Rp4.144 per kg.
Padahal, berdasarkan Permendag No. 58 tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan di Konsumen, jagung dengan kadar air 15% ditetapkan Rp3.150/kg, sedangkan harga acuan di konsumen Rp4.000/kg.
Adapun, jagung kadar air 20% dijual Rp 3.050 per kg, jagung kadar air 25% Rp 2.850 per kg, jagung kadar air 30% Rp 2.750 per kg dan jagung kadar air 35% Rp 2.500 per kg.
Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan menyampaikan hasil pemantauannya di lapangan, bahwa posisi panen besar sudah mulai terjadi di berbagai daerah antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Bahkan survei bersama tim satgas pangan dengan tim Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan pada awal September menunjukkan panen sudah mulai terjadi besar-besaran di Kabupaten Bantaeng dan Jeneponto.
AnggotaKomisi IV DPR RI Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan akan melakukan pengecekan di lapangan untuk memastikan fakta yang benar karena dia meragukan klaim surplus dari Kementan.
"Pengecekan langsung dipandangnya perlu dilakukan, mengingat produksi jagung ini berhubungan erat dengan pakan untuk ternak. Dengan harga pakan yang meningkat, efeknya bakal merembet ke harga telur dan daging ayam”, ujar Zainut pada Senin (1/10).