Bisnis.com, KEDIRI - Kenaikan harga jagung yang menyentuh angka Rp5.000 per kilogram menjadi polemik khususnya di kalangan peternak unggas. Harga jagung yang awalnya Rp4.500 hingga Rp4.600 per kiogram, saat ini menjadi sebesar Rp5.000 sampai Rp5.200
Namun demikian, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumardjo Gatot Irianto enggan mengatakan bahwa kenaikan harga tersebut merupakan imbas dari pasokan jagung yang menurun di pasaran.
Sumardjo mengatakan stok jagung dari petani yang siap dilepas ke pasaran sudah mencukupi. Dia menuding ada persoalan tata niaga dalam polemik ini sehingga harga jagung meninggi.
"Jombang, Bojonegoro, Lamongan, Tuban panen [jagung] semua. Saya mau produksi menyajikan from the field to the table, jangan ditanya soal tata niaga, itu bukan urusan saya, " kata Sumardjo usai menghadiri acara "Guyub Panen Nusantara" di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (18/10/2018).
Acara Guyub Panen Nusantara merupakan panen raya jagung di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri yang diselenggarakan oleh PT BISI International Tbk. (BISI) bersama dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk. (CPI). Panen berlangsung di area seluas 42,8 hektare yang merupakan lahan dari kelompok tani "Tani Mapan" asal desa setempat.
Sementara itu total luas panen jagung di Kabupaten Kediri pada Okrober 2018 mencapai lebih dari 15.347 hentare. Sedangkan luas area tanam jagung di Kabupaten Kediri dalam kurun waktu satu tahun mencapai lebih dari 46.300 hektar. Di seluruh Jawa Timur, luas panen jagung mencapai 104.00 hektare pada Oktober 2018.
Dengan total luas lahan panen tersebut, di Jawa Timur saja, Sumardjo mengatakan produksi jagung saat ini melimpah dan seharusnya tidak ada kenaikan harga yang tajam.
"Di lapangan jagung banyak, berarti kan barang ada, sekarang yang masalah dimana? Tata niaga kan?" imbuhnya.